Sadis..Pasien Yayasan Kasih Anugerah Bangsa juga Dirantai Dan Dipukuli
[tajukindonesia.net] Pihak keluarga dari pasien
yang pernah menjalani rehabilitasi di Yayasan Kasih Anugerah Bangsa, Binjai,
mengakui adanya penyiksaan yang dilakukan oleh pengelola panti.
Pengakuan ini disampaikan
oleh Arbaiyah (55) adik kandung Darmawi alias Wak Andak (57) yang sempat
menjalani rehabilitasi disana.
Di temui dirumahnya, Arbaiyah (55), menceritakan
penyiksaan yang dialami Darmawi alias Wak Andak (57).
"Abang saya awalnya hanya depresi saja. Atas
usul kawan akhirnya kami masukkan ke yayasan itu. Seingat saya masuknya tahun
2014 bulan Juni," tutur Arbaiyah seperti diberitakan Medanbagus.Com, Jumat (6/1).
Pihak keluarga, lanjut Arbaiyah, memang sempat
menandatangi perjanjian untuk tidak bertemu pasien selama tiga bulan.
"Tapi karena rumah kami dekat dan satu
kecamatan, walau tidak bisa ketemu, tapi hampir setiap minggu kami kesana
sambil kami bawakan makanan," terangnya.
Hanya saja tiap kali antar makanan, kata Arbaiyah,
keluarga mendapati seluruh ruangan yang biasa ditempati pasien tampak kosong.
"Langsung saya tanya sama yang jaga di pos,
kemana abang saya?! Yang jaga menjawab kalau seluruh pasien lagi mengikuti
kebaktian. Saya dengar mereka bernyanyi, dan saya mendengar suara abang saya
menjerit-jerit seperti kesakitan," ulasnya.
Ia tak kuasa menahan tangis saat mendengar jerit
abangnya minta tolong. Sejak itu perasaannya terus tidak enak. Arbaiyah pun
meminta salah satu saudaranya untuk mengintip kegiatan di yayasan tersebut dari
seberang sungai.
"Kebetulan di belakang yayasan itu adalah
sungai, dan di seberang sungai itu ada keluarga saya di sana," jelasnya.
Ia kaget begitu mendengar penjelasan dari
keluarganya tersebut. Para pasien ternyata setiap hari ada saja yang disiksa.
Mereka dirantai dan mandi ramai-ramai telanjang bulat di sungai.
"Yang nggak mau mandi dipukuli oleh mereka.
Pokoknya di perlakukan seperti binatang," tutur Arbaiyah.
Setelah mendengar kejadian tersebut, Arbaiyah dan
keluarga berembug untuk membawa pulang abangnya dengan alasan tidak mampu
membayar lagi.
"Itulah alasan kami, makanya abang saya bisa
dibawa pulang, karena untuk biaya daftarnya aja kami harus membayar Rp 1,2
juta, dan setiap bulan kami harus bayar Rp 1 juta," jelasnya yang
bertempat tinggal di Jalan Gunung Bendahara XII, Kelurahan Binjai Estate,
Kecamatan Binjai Selatan.
Arbaiyah juga menuturkan, awalnya ia tidak tahu
banyak luka lebam dan membiru di tubuh abangnya. Namun begitu dimandikan baru
terlihat luka-lukanya.
Kini ia bersyukur yayasan tersebut ditutup. Bahkan
pemilik serta para algojonya telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di
Mapolres Binjai.
"Biarlah mereka mempertanggungjawabkan
perbuatannya, saya tidak benci dengan agama apapun karena kita semua saudara.
Saya hanya benci dengan sifat, kelakuan dan cara pengobatan yang diberikan
kepada para pasiennya," tukas Arbaiyah. [rm]