Pseudologia Fantastica Ahok
[tajukindonesia.net] AHOK tukang ngibul kata
sejumlah netizen. Saya ngga percaya. Ahok cuma kasar. Pencaci-maki. Sekalipun
dia sudah jadi terdakwa penista agama, namun saya tetap ngga percaya Ahok
pendusta.
Dusta, ngibul, bullshit,
berbohong adalah sinonim. Ini perilaku terkutuk.
Aristotle yakin ngibul tidak bisa dibenarkan. Dia
bilang, seorang pendusta tidak pernah bisa dipercaya. Filsuf seperti St.
Augustine, St. Thomas Aquinas dan Immanuel Kant mengutuk keras perilaku
berbohong.
Riset ilmiah menyimpulkan baik pria dan wanita
equal dalam berbohong. Manusia mulai ngibul sejak usia 6 bulan. Darwin menyatakan
berbohong merupakan bagian dari evolusi survival of the fittest.
Di perspektif stereotyping, lelaki punya tendensi
ngibul seputar expertise sexual. Kaum pria membual betapa hebatnya daya sexual
mereka. Untuk memikat. Sementara perempuan dituding seringkali berbohong dengan
merendah soal keahlian sex. Tujuannya biar dianggap innocent, setia, ngga
genit, dan terhindar dari being labeled as 'scarlet woman’. Gombal itu ya
ngibul.
Nah, back to Ahok.
Dalam debat resmi tanggal 13 Januari 2017, Ahok
berkata bahwa dia tidak pernah menggusur masyarakat yang tidak tinggal di
bantaran sungai.
Faktanya, di bulan Juni 2015, Ahok gusur warga
Lebak Bulus dan Pasar Minggu. Dua titik itu bukan area bantaran sungai. Begitu
juga Rawajati. Setau saya, Kampung Aquarium terletak di pinggir laut. Bukan di
bantaran sungai. Tetep digusur.
Antara omongan Ahok dan realita ada
ketidak-sesuaian.
Entah kebohongan apa lagi yang pernah dikatakan
Ahok. Yang pasti, dia pernah berjanji tidak menggusur Bukit Duri. Nyatanya
digusur juga.
Saya tidak tau, apa Ahok bisa masuk kategori
"pseudologia fantastica". Ini istilah psikiatri, artinya orang yang
memiliki "habitual or compulsive lying".
Ahok dan the act of lying adalah misteri besar. At
least, bagi saya.
Seperti kata Agustine of Hippo, "Magna
quæstio est de Mendacio" yang artinya ada pertanyaan besar tentang
berbohong ("There is a great question about Lying"). Hanya Tuhan dan
Ahok yang tau. [rm]