Gawat ! Media Asing Mulai Soroti Kesalahan Sri Mulyani Dalam Mengambil Keputusan
[tajukindonesia.net] Keputusan Presiden Joko
Widodo menempatkan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet
Kerja awalnya disambut hangat kalangan investor. Mantan Direktur Pelaksana Bank
Dunia itu dinilai memiliki reputasi baik saat menjabat sebagai Menteri Keuangan
di era Susilo Bambang Yudhoyono pada periode 2005-2010.
Namun manuver Sri Mulyani
belakangan ini, terutama terkait dengan keputusannya menghentikan kemitraan
dengan lembaga pemeringkat utang JP Morgan, menciptakan kesan sebaliknya dan
meruntuhkan semua reputasi yang dimilikinya.
Media berpengaruh Wall Street
Journal dalam salah satu laporan pekan lalu
(Kamis, 12/1) mengatakan bahwa keputusan Sri Mulyani menghentikan secara
sepihak kerjasama dengan JP Morgan merupakan sebuah kesalahan dalam mengambil
keputusan (judgment).
Laporan WSJ itu berjudul "Indonesia
Throws a Tantrum: Jakarta fires J.P. Morgan for telling the economic truth" atau "Indonesia
Lemparkan Kemarahanan: Jakarta memecat JP Morgan karena mengatakan hal yang
benar".
Sri Mulyani mungkin berusaha menghilangkan
keraguan pihak investor terhadap kesehatan perekonomian Indonesia. Namun
keputusan menghentikan kemitraan dengan JP Morgan secara sepihak, menurut WSJ, justru menambah ketidakpercahaan pada kondisi kesehatan
perekonomian Indonesia.
WSJ menyebut
keputusan Sri Mulyani itu sebagai reaksi yang berlebih (overreaction).
Ketegangan antara Sri Mulyani dan JP Morgan
berawal dari riset yang dilakukan lembaga keuangan yang bermarkas di New York
itu mengenai kekuatan surat utang sejumlah negara menyusul kemenangan Donald
Trump dalam pemilihan presiden AS awal November 2016. Hasil riset yang
diumumkan pada 13 November itu menjatuhkan nilai surat utang Indonesia sebanyak
dua tingkat, dari overweight menjadi underweight.
Pada tanggal 17 November 2016 Sri Mulyani
menerbitkan surat untuk kalangan Kementerian Keuangan mengenai penghentian
kemitraan dengan JP Morgan. Surat itu ditindaklanjuti dengan rapat pada tanggal
1 Desember.
Di dalam rapat itulah Kementerian Keuangan secara
resmi menghentikan segala bentuk hubungan kemitraan dengan JP Morgan mulai 1
Januari 2017.
Kemarahan Sri Mulyani pada JP Morgan awalnya tidak
diketahui publik. Juga tidak ada pengumuman di situs resmi Kementerian Keuangan
dan Direktorat Perbendaharaan Kementerian Keuangan.
Reaksi berlebihan Sri Mulyani baru diketahui
publik setelah kopi surat dari Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu untuk JP Morgan
beredar di tengah masyarakat.
Disebutkan oleh WSJ bahwa selama ini pemerintah kerap membantah
laporan-laporan negatif mengenai kondisi keuangan atau perekonomian nasional.
Di sisi lain, pemerintah juga kerap memberikan kesempatan kepada
lembaga-lembaga keuangan yang memuji-muji kinerja perekonomian Indonesia.
Itu sebabnya, ujar WSJ lagi, pihak investor memberikan diskon
yang besar untuk analisa yang ditulis oleh analis-analis bank besar. Tetapi,
penolakan pemerintah seperti dalam kasus JP Morgan ini malah semakin
menimbulkan kesan negatif. [rm]