Setelah Ancam Potong Dana Bantuan, AS Kembali Dipermalukan
[tajukindonesia.id] - Setelah Sidang Umum PBB berhasil mengadopsi sebuah resolusi yang menolak pengakuan Al-Quds (Yerussalem) sebagai ibukota Israel dengan jumlah suara 128 menolak berbanding 9 suara menyetujui, negara-negara anggota badan dunia tersebut kembali menyuarakan sikap untuk merespon ancaman AS soal pemotongan bantuan finansial.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menebar ancaman akan memotong bantuan keuangan kepada negara-negara yang menolak keputusan Trump terkait Yerussalem.
Perwakilan tetap negara-negara untuk PBB seperti Pakistan, Indonesia, Bangladesh, Kuba, Venezuela, dan Malaysia menggambarkan keputusan AS yang mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima. Sementara sejumlah negara anggota lainnya menganggap ancaman AS itu sebagai upaya untuk mempengaruhi hasil voting.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu sempat berpidato sebelum dilakukannya voting di forum Sidang Umum PBB yang akhirnya mayoritas suara menolak keputusan sepihak AS yang mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel.
Menurut Cavusoglu, ancaman AS yang akan memotong bantuan dana pembangunan adalah “tidak bisa diterima” dan “amoral”.
“Sungguh perbuatan amoral apabila menganggap suara negara-negara anggota PBB itu bisa dibeli. Kita tidak bisa diintimidasi. Barangkali anda merasa negara anda kuat, tetapi (cara seperti itu) tidak membuat anda di pihak yang benar,” kata Cavosoglu menyinggung ancaman Amerika.
Perwakilan tetap Venezuela untuk PBB Samuel Moncada menyerukan AS untuk mengakhiri provokasi mereka di PBB. Bahkan secara lebih tegas Venezuela menyikapi ancaman AS dengan mengatakan, “(Negara-negara) di dunia tidak bisa dibeli”.[kbt]