Wartawan ini Bongkar Konspirasi "Jual Tol" Agar Bisa Dilewati Sepeda Buntut Rakyat? Ini Tanggapan Netizen
[tajuk-indonesia.com] - Keputusan Presiden Joko Widodo yang memerintahkan BUMN agar lebih banyak menjual aset jalan tol yang dikelolanya menuai banyak kritikan. Selain dari kalangan pejabat dan pengamat politik, kritikan tersebut juga datang dari kalangan wartawan.
Salah satu mantan wartawan senior BBC, Asyari Usman menulis dalam bahasa satir di unggahan facebooknya (22/11) seperti berikut ini
Sindiran Wartawan Senior
Pemerintah Menjual Jalan Tol untuk “Menyenangkan Rakyat Kecil”
Langkah pemerintah menjual jalan tol kepada swasta, tidak diambil secara serampangan. Kebijakan ini sangat visoner. Yaitu, untuk membantu rakyat kecil, untuk menyenangkan rakyat jelata. Jadi, sungguh “salah sangka” kalau kita lihat penjualan jalan tol adalah untuk kepentingan konglomerat.
Mari kita bahas tuntas sasaran yang ingin dicapai oleh pemerintah. Luar biasa! Sangat mulia tujuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjual jalan bebas hambatan itu. Dua hari lalu, saya tulis artikel yang isinya “salah sangka” terhadap tujuan penguasa “melego” jalan tol ke swasta. Ternyata, rupanya, penjualan itu untuk kepentingan rakyat bawah. Untuk membela para pedagang asongan dan rakyat yang hanya memiliki sepeda atau sepeda-motor butut.
Dari mana jalannya kok bisa begitu?
Baik. Pemerintah menyusun skenario yang sangat hebat. Perusahaan swasta akan membeli jalan tol dengan harga yang menguntungkan pemerintah. Setelah diambil alih pengelolaannya oleh swasta, pemerintah akan memberlakukan pajak yang tinggi. Akibatnya, para pengelola swasta akan menaikkan tarif pengguanaan jalan tol. Naik seratus persen atau lebih.
Para pengguna jalan tol mengeluh tetapi tetap memakai tol karena tak ada pilihan lain. Sekitar enam bulan kemudian, pemerintah kembali menaikkan pajak binsnis tol, seratus persen lagi. Langkah ini membuat pihak swasta yang mengoperasikan jalan tol terpaksa menaikkan lagi tarifnya. Kenaikan kedua ini mulai membuat konsumen (pemakai) rewel. Mereka menyampaikan protes verbal. Mulai muncul beritanya di televisi dan media lain.
Namun, pemakai masih tetap menggunakan jalan tol karena masih bisa dipikul meskipun sudah mulai menguras dompet. Memakai jalan tol tetap lebih baik ketimbang menggunakan jalan biasa.
Setahun kemudian, pemerintah kembali menaikkan pajak yang sama. Kenaikan yang ketiga ini tak tanggung-tanggung: 300 persen. Akibatnya, tarif jalan tol naik drastis. Tarif tol dalam kota di Jakarta yang paling rendah menjadi 100 ribu, untuk ruas terpendek. Tol antarkota menjadi 350 ribu, untuk Jakarta-Cikampek.
Nah, inilah momen yang ditunggu-tunggu pemerintah untuk menunjukkan keperpihakannya kepada rakyat kecil. Para pengguna jalan tol tidak lagi ribut, tidak melancarkan protes. Mereka pasrah. Cuma, mereka tidak lagi menggunakan jalan tol. Hanya orang-orang superkaya saja yang masih memakai jalan tol.
Setelah menjadi sangat sepi dan hampir tidak ada lagi pengendara yang masuk, orang-orang kaya itu malah merasa takut menggunakan jalan tol. Akhirnya, seluruh jalan tol kosong.
Presiden mempersilakan rakyat yang berkendaraan sepeda-dayung dan sepeda-motor butut menggunakan jalan tol. Kecuali sepeda-motor mewah. Moge dan sepeda-motor tahun tinggi, dilarang. Betul-betul giliran rakyat kecil yang menikmati jalan tol. Rakyat pun senang luar biasa. Mereka bisa naik sepeda ke mana saja bebas hambatan dan mulus.
Untuk menyesuaikannya dengan keperluan rakyat kecil, susur masuk dan susur keluar jalan tol akan diubah. Setiap 3 km akan dibuat pintu keluar-masuk. Dengan begitu, para petani sayur dan penggalas barang dagangan bisa pakai jalan tol dari kampung ke kampung.
Selain pemilik sepeda, para pedagang asongan dibolehkan menduduki lajur paling kiri untuk berjualan apa saja. Hanya saja, siapa yang akan membeli dagangan rakyat di sepanjang jalan tol itu? Bukankah kendaraan roda empat tidak lagi menggunakannya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kita kesampingkan saja dulu. Yang penting, Presiden Jokowi menjual jalan tol demi rakyat kecil. Bukan untuk kepentingan pengusaha seperti diduga banyak orang. Hehe!
Selamat bersepeda di jalan tol!
Komentar Netizen
Tulisan satir ini menggelitik warganet untuk ikut berkomentar diantaranya yang berhasil dirangkum republikin.com berikut ini:
[republikin]
Setelah menjadi sangat sepi dan hampir tidak ada lagi pengendara yang masuk, orang-orang kaya itu malah merasa takut menggunakan jalan tol. Akhirnya, seluruh jalan tol kosong.
Presiden mempersilakan rakyat yang berkendaraan sepeda-dayung dan sepeda-motor butut menggunakan jalan tol. Kecuali sepeda-motor mewah. Moge dan sepeda-motor tahun tinggi, dilarang. Betul-betul giliran rakyat kecil yang menikmati jalan tol. Rakyat pun senang luar biasa. Mereka bisa naik sepeda ke mana saja bebas hambatan dan mulus.
Untuk menyesuaikannya dengan keperluan rakyat kecil, susur masuk dan susur keluar jalan tol akan diubah. Setiap 3 km akan dibuat pintu keluar-masuk. Dengan begitu, para petani sayur dan penggalas barang dagangan bisa pakai jalan tol dari kampung ke kampung.
Selain pemilik sepeda, para pedagang asongan dibolehkan menduduki lajur paling kiri untuk berjualan apa saja. Hanya saja, siapa yang akan membeli dagangan rakyat di sepanjang jalan tol itu? Bukankah kendaraan roda empat tidak lagi menggunakannya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini kita kesampingkan saja dulu. Yang penting, Presiden Jokowi menjual jalan tol demi rakyat kecil. Bukan untuk kepentingan pengusaha seperti diduga banyak orang. Hehe!
Selamat bersepeda di jalan tol!
Komentar Netizen
Tulisan satir ini menggelitik warganet untuk ikut berkomentar diantaranya yang berhasil dirangkum republikin.com berikut ini:
[republikin]