Minggu Tenang Pilkada Jakarta di Dunia Maya Masih Ribut, Di Dunia Nyata Masih Ramai


[tajuk-indonesia.com]         -         Tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta pu­taran final memasuki masa tenang sejak 15 April kemarin dan berakhir hari ini. Namun pembicaraan di media sosial terkait Pilkada Jakarta tidak mereda. Maklum, hingga kini belum ter­dengar Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menindak pelang­garan di media sosial.

Pilkada DKI Jakarta memasuki masa tenang, namun jagad maya tetap ramai membicarakan sejum­lah topik tentang perhelatan yang menyisakan rivalitas pasangan incumbent Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Syaiful Hidayat versus Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Pantauan Rakyat Merdeka pada masa tenang putaran final Pilkada, pembicaraan netizen tentang se­jumlah topik Pilkada Jakarta tetap ramai, di antaranya, seputar promosi kandidat dan sebaliknya, ajakan untuk menjaga suasana damai dan menghindari bentrok, serta sejumlah tudingan pelanggaran dilakukan pasangan calon.

Topik-topik tersebut disampaikan oleh akun-akun simpatisan, relawan, bahkan akun robot dan akun anonim yang terafiliasi dengan dua pihak yang bersaing ketat pada putaran final ini. Sehingga tak jarang ter­cipta situasi saling tuding di jagad medsos. Situasi "panas" seperti ini terjadi sejak awal putaran pertama dan berlangsung hingga kini, bisa jadi hingga penetapan hasil.

Khusus pada masa tenang ini, khalayak netizen ramai meributkan dugaan pelanggaran yang dilaku­kan dua pihak pasangan kandidat. Khususnya, terkait pembagian se­jumlah kebutuhan pokok berharga sangat murah yang dituding sebagai praktik politik uang.

Kontroversi sembako murah, di antaranya, ramai dibicarakan pengguna forum online Kaskus. Misalnya, akun vasilias berpendapat penjualan kebutuhan pokok murah bukan praktik politik uang, "Sembako murah bukan sembako gratis."

Bantahan disampaikan akun suk­hoivsf22. Menurut dia, pemberian sembako murah merupakan salah satu cara mendapatkan suara. Karena itu dia heran, masyarakat mengaku benci pejabat korup, namun senang menerima kupon sembako murah. Padahal, kata dia, praktik demokrasi transaksional salah satu penyebab maraknya praktik korupsi.
Netizen lain menilai kelakuan kubu Basuki-Djarot dan Anies-Sandi pada masa tenang sama saja, sama-sama kasak-kusuk mencari suara rakyat. "Dua pihak pasangan calon sama aja kelakuannya, " timpal akun nutricula.

Pembicaraan kaskuser tentang pro dan kontra pembagian sembako murah ini terkait kegiatan yang disinyalir dilakukan pihak pasangan calon incumbent bernomor urut dua, Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Saiful Hidayat.

Sementara, calon gubernur in­cumbent Basuki Tjahaja Purnama membantah pernah membagi-bagi­kan bahan kebutuhan pokok atau menggelar bakti sosial.

"Saya enggak pernah lakukan yang begitu-begitu. Saya enggak suka tuh bagi-bagi sembako, bakti sosial saja saya enggak pernah lakukan," kilah pria yang populer disapa Ahok itu di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Minggu (16/4).

Namun, tim pemenangan pasan­gan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sudah melaporkan pihak Basuki- Djarot terkait tuduhan ini kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta.

Menanggapi hal itu, Ahok menye­but pihaknya harus meneliti terlebih dahulu satu per satu kasusnya. Menurut dia, aturan membolehkan pasangan calon memberikan hadiah senilai maksimal Rp 25.000. "Tapi peraturan KPU membolehkan pasan­gan calon kasih hadiah senilai Rp 25.000 ke bawah," katanya.

Basuki merujuk Pasal 26 Ayat 3 Peraturan KPU Nomor 7 tahun 2015 tentang kampanye.

Pegiat Kaskus dengan nama akun veiila menyindir dengan membenar­kan Ahok tidak pernah bagi-bagi sembako. Karena yang melakukan itu tim atau relawannya. "Iye gan, memang ini masa kampanye ya. Memang yang bagi-bagi sembako bukan Ahok, tapi tim atau relawan­nya," tulisnya.

"Pelanggaran di mana-mana, ancamannya pun pidana. Apa udah ada yang dipidanakan? Apa ane yang ku­det kali ya," sindir akun omgemesh.

Akun n3n3n69 juga menyindir pihak Anies-Sandi yang melaporkan pihak Basuki-Djarot terkait dugaan bagi-bagi sembako ke Bawaslu DKI Jakarta. Padahal, menurut dia, sembako bukan dibagi-bagikan tetapi dijual.

"Lapor Bawaslu dan lapor ke KPUD mah gaya-gayaan doang. Toh sama-sama tim pasangan calon lakuin kok. Yang penting kan nggak gratis! Ini kan permainan kata-kata doang. Toh jelas larangan bagi-bagi secara gratis, ya dijual murah. Jadi nggak bagi-bagi gratis kok, tapi dijual murah," bela dia.

Kendati demikian, pengguna Twitter dengan nama akun @ BkKORA menyarankan Bawaslu aktif ke lapangan pada minggu ten­ang untuk mengantisipasi terjadin­ya pelanggaran. "Minggu tenang Pilkada DKI, Bawaslu harus rajin patroli biar aman," kicaunya.

Akun @musniumar menyarankan netizen untuk menjaga suasana aman menjelang pemungutan su­ara. "Saat minggu tenang jangan menyebar fitnah. Harap tidak menghalalkan segala cara untuk me­menang Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Jaga suasana damai, jangan curang." [rmol]
















Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :