Hancurnya Identitas Mahasiswa
[tajuk-indonesia.com] - Sejarah perhelatan perubahan di Indonesia selalu didominasi oleh mahasiswa. Sebelum kemerdekaan hingga setelahnya, mahasiswa terus berada di podium terdepan dalam mengambil peran menuju cita-cita bangsa ini. Mahasiswa yang kritis namun santun adalah perangai mereka. Kepedulian terhadap persoalan bangsa, terutama perhatian serius kepada rakyat jelata tidak luput dari pemikirannya di setiap waktu.
Maka tidak heran saat Presiden Soekarno ditumbangkan, yang mempelopori
tragedi tersebut adalah mahasiswa. Hal itu berangkat dari pemahaman
mahasiswa saat itu bahwa eksistensi Soekarno berbahaya dan mengancam
terwujudnya cita-cita bangsa ini. Melangkah ke masa berikutnya,
lagi-lagi mahasiswa membuat fenomena yang cukup mencengangkan. Bukan
saja Indonesia, tetapi dunia pun ikut terkesima saat Soeharto
dilengserkan. Dengan tudingan Soeharto telah melakukan KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme). Sedikitnya, itu adalah gambaran pergerakan
mahasiswa yang sangat menggenggam idealismenya.
Menengok kondisi mahasiswa saat ini sangat mengerikan. Bagaimana tidak,
mahasiswa saat ini banyak terjerumus ke dalam hedonisme, bermental
pragmatis, individual, dan komprador. Mahasiswa hari ini mayoritas sudah
amat jauh dari identitas yang sesungguhnya. Sebut saja bahwa mahasiswa
sebagai agen perubahan. Faktanya hari ini malah sebaliknya. Bahkan
mahasiswa sangat banyak meresahkan masyarakat dan tidak sedikit menjadi
jongos oleh mafia-mafia jahat.
Mahasiswa sebagai pengawal kebijakan pemerintah pun sedikit saja akan
sudah terkubur status tersebut. Sangat banyak kebijakan pemerintah yang
sangat kejam dan menyengsarakan. Sebut saja kenaikan harga BBM, TDL,
BPJS, kasus Freeport. Dari kasus tersebut sangat sedikit yang memiliki
kepedulian. Mereka lebih memilih bermain dengan wifi, buka facebook,
nonton drama korea, selfie, tawuran, dan lain gelagat lainya yang sangat
tidak idealis.
Menganalisa penyebab dari hancunrya identitas mahasiswa yakni oleh beberapa hal; Pertama,
sistem pendidikan kita saat ini hanya memberikan prioritas agar
mahasiswa hanya fokus meningkatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dan
sangat sedikit bahkan hampir tidak ada kearah pembangunan manusia
sebagai pemimpin masa depan yang cerdas komprehensif. Bukan hanya cerdas
secara intelektual namun spiritual juga prioritas utama. Dengan tujuan
melahirkan pemimpin yang cerdas dan benar. Karena hari ini banyak
pemimpin cerdas namun tidak benar. Akhirnya korupsi terjadi dimana-mana.
Mulai dari tingkat desa hingga DPR ramai-ramai melakukan tindakan bejat
dan hina tersebut.
Kedua, budaya yang berkembang hari ini sangat berbahaya. Liberal,
individualistik, dan hedonis adalah budaya yang sedang menguasai
pemikiran mahasiswa. Budaya ini menjadikan mahasiswa bersikap bebas
tanpa lagi memperhatikan norma-norma yang berlaku. Lebih dari itu,
menyebabkan mahasiwa beraktivitas hura-hura. Kebanyakan mencari
kesenangan semata sebagai salah tujuan hidupnya dan tidak kalah parahnya
mahasiswa hanya memperhatikan dirinya sendiri dan membuang
kepeduliannya kepada sekitar terlebih kepada kebijakan-kebijakan
pemerintah. Akhirnya tidak heran banyak kita saksikan mahasiswa yang
terjangkit narkoba, seks bebas, pembunuhan, begal, bahkan sampai ada
yang melakukan korupsi.
Ketiga, mahasiswa tidak sedikit mendapat perlakuan tidak etis
oleh birokrasi kampus. Sangat banyak, bahkan hampir di seluruh kampus di
Indonesia terjadi penekanan oleh birokrasi kampus kepada mahasiswa.
Mahasiwa dibungkam dari nalar kritisnya melalui berbagai aturan-aturan
kampus yang mereka tetapkan. Mahasiswa tidak boleh demo, mahasiswa tidak
boleh kritis. Mahasiswa hanya fokus kepada kuliahnya agar cepat
selesai. Dan yang lucunya saat ada dosen mengancam dengan nilai eror
ketika mahasiswa kritis, misalnya pada transparansi anggaran
kelembagaan, uang kuliah tunggal ataupun saat kritis kepada kamuflase
akreditasi jurusan yang tidak sedikit dimanipulasi. Ironi dan
menyedihkan.
Akhirnya dari penekanan tersebut menjadikan mahasiswa takut dan mencoba
mengalah pada keadaan. Penyakit ini menjalar pada tatanan-tatanan
kondisi lokal maupun nasional. Sadar atau tidak sifat birokrasi yang
otoriter kepada mahasiswa adalah tindakan yang menyebabkan hancurnya
identitas mahasiswa.
Kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan hidup di kalangan mahasiswa.
Karena sangat berbahaya dan mengancam kelangsungan generasi-generasi
ideal untuk membangun bangsa. Maka dari itu mahasiswa harus bangkit dan
melawan oknum-oknum yang telah menghancurkan identitasnya. Karena pada
hakekatnya mereka bak patologi bagi bangsa ini. Selain itu,
budaya-budaya barat (liberal, individual, dan hedonis) yang telah ikut
menghanyutkan identitas mahasiswa harus dikubur. Diganti dengan sistem
pergaulan ataupun pemikiran yang menjadikan mahasiswa memiliki karakter
luhur dan jauh dari kehinaan.
Islam merupakan sistem peraturan yang sempurna lagi paripurna. Islam
sebagai rule of life yang dapat mengantarkan manusia menjadi luhur.
Dengan pemikiran Islam, mahasiswa akan kembali menemukan identitasnya
yang sesungguhnya. Maka sudah saatnya mahasiswa mempelajari Islam secara
ideologis dan menjadikannya sebagai mainstream pemikiran dan tindakan
untuk menyikapi segala persoalan yang melingkupinya. Lebih dari itu,
dengan pemikiran politik Islam akan melahirkan mahasiswa-mahasiswa
dengan idealisme tinggi. Karena dia berjuang semata-mata hanya untuk
mendapatkan Ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. Bukan materi ataupun yang
lainnya.
Penulis: Muhammad Akbar Ali (Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Halu Oleo) [kbn]