Utang Pelindo II Berpotensi Jadi Masalah Besar
[tajuk-indonesia.com] - Kritik keras terlontar dari Serikat Pekerja Jakarta International Container Terminal (SP JICT). Terkait kebijakan di PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II soal beban utang perusahaan terhadap Global Bond.
"Harus saya katakan Global Bond Pelindo II tidak jelas. Aset penjaminan berupa proyek infrastruktur pelabuhan tidak jalan. Ini bisa jadi potensi masalah besar," kata Ketua SP JICT Nova Sofyan Hakim kepada wartawan di Jakarta, Rabu (1/3).
Pelindo II seharusnya membayar bunga Global Bond dari proyek-proyek tersebut, bukan dari uang sewa anak-anak perusahaan.
"Saya
heran, kenapa Global Bond Rp 21 triliun ditarik semua, sementara proyek
tidak berjalan. Bunga Rp 1 triliun per tahun tentu memberatkan Pelindo
II," kata Nova.
Padahal, menurutnya, jika bunga Global Bond Pelindo II sebesar Rp 1 triliun per tahun digunakan untuk revitalisasi peralatan pelabuhan maka dapat memangkas dwelling time secara signifikan. Sebab, beberapa pelabuhan peti kemas di Tanjung Priok masih bermasalah soal produktivitas rendah dan dwelling time yang tinggi. Nova mencontohkan kualitas alat-alat di Terminal III Tanjung Priok yang kurang handal.
"Padahal di Priok itu harusnya bisa jadi seragam soal pelayanan. Semua sama dari sisi kualitas alat dan sistem," ujarnya.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dwelling time di Tanjung Priok seperti JICT masih sekitar 3,5 hari, sementara TPK Koja dan Terminal III di atas empat hari. Meski begitu, kritik keras yang dilontarkan bukan berarti pesimistis kepada Pelindo II.
Nova berharap agar Global Bond bisa dituntaskan segera karena dapat berdampak terhadap sustainabilitas usaha Pelindo II ke depan.
"Jangan sampai negara dapat bad legacy atas kebijakan Pelindo II yang sembrono," imbuhnya. [rmol]
Padahal, menurutnya, jika bunga Global Bond Pelindo II sebesar Rp 1 triliun per tahun digunakan untuk revitalisasi peralatan pelabuhan maka dapat memangkas dwelling time secara signifikan. Sebab, beberapa pelabuhan peti kemas di Tanjung Priok masih bermasalah soal produktivitas rendah dan dwelling time yang tinggi. Nova mencontohkan kualitas alat-alat di Terminal III Tanjung Priok yang kurang handal.
"Padahal di Priok itu harusnya bisa jadi seragam soal pelayanan. Semua sama dari sisi kualitas alat dan sistem," ujarnya.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dwelling time di Tanjung Priok seperti JICT masih sekitar 3,5 hari, sementara TPK Koja dan Terminal III di atas empat hari. Meski begitu, kritik keras yang dilontarkan bukan berarti pesimistis kepada Pelindo II.
Nova berharap agar Global Bond bisa dituntaskan segera karena dapat berdampak terhadap sustainabilitas usaha Pelindo II ke depan.
"Jangan sampai negara dapat bad legacy atas kebijakan Pelindo II yang sembrono," imbuhnya. [rmol]