Hidayat Nur Wahid : Islam Berpotensi Jadikan Indonesia Lebih Besar
[tajuk-indonesia.com] - Fakta sejarah sampai hari ini, Islam siap membuat Indonesia jadi lebih baik. Namun sayangnya realita itu dilupakan, bahkan Islam hari ini di Indonesia selalu dikaitkan dengan gerakan radikal dan dijadkikan momok yang menakutkan.
Hal itu dikemukakan oleh Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid pada acara Urun Rembug Kelirumonologi bertema Islam di Indonesia yang diselenggarakan oleh Jaya Suprana Institute di Mall of Indonesia, Jakarta, Kamis malam (23/2).
"Sekarang itu seolah-olah kalau bicara Islam adalah kekerasan, radikal bakal kaya Irak atau Suriah. Akibatnya Islam dikriminalisasi. Banyak yang lupa kalau dalam sejarahnya Islam justru sangat beperan penting sejak sebelum kemerdekaan mau Indonesia jadi lebih baik," kata Hidayat.
Perjalanan Islam di Indoensia kata Hidayat sudah cukup kuat untuk mematahkan hal yang buruk tentang agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan sampai hari ini mulai presiden, menteri-menterinya, kapolri dan panglima kerap dipegang oleh pemeluk agama Islam. Bahkan organisasi muslim terbesar ada di Indonesia juga.
Jika menelisik ke belakang, Hidayat pun meminta masyarakat melihat bagaimana Sultan Hamengkubuwono yang merupakan Raja Mataram, yang notabene adalah kesultanan muslim mau memberikam tamah Jogjakarta yang beribu-ribu hektar untuk Indonesia saat kemerdekaan. Begitupun dengan kesultanan Islam di Riau di bawah Sultan Kasim yang mau memberikan tanah Riau untuk Indonesia.
"Bahkam Sultan Kasim tegaskan berwasiat untuk keturunannya jangan sampai ada yang menggungat tanah kesultanan Islam Riau yang sudah dihibahkan untuk Republik Indonesia. Ini kan sejarah mengatakan Islam di Indonesia itu mau republik ini maju," kata Hidayat.
Jejak yang sama pun diikuti
oleh kerajaan Islam di Pontinak di bawah pimpinan Sultan Syarif Kadri.
Pun begitu dengan para pendiri yang saat itu tergabung dalm panitia
kemerdekaan Indonesia diantaranya ada Wahid Hasyim dan Kahar Mudzakir.
Saat itu semua sudah sepakat Indonesia menjadi negara muslim dan
dituangkan dalam sila pertama Pancasila. Saat itu pula, AA Maramis yang
merupakan tokoh Kristiani sudah sepakat. Namun demikian, para founding
fathers yang didominasi ualama Islam itu mau kompromi Indonesia bukan
negara Islam.
Tak hanya itu, nama Abdurrahman Baswedan pun diceritakan oleh hidayat. Saat itu kata Hidayat dia mengirm telegram kepada menteri kemakmuran, Syarifuddin Prayudanegara yang juga tokoh Masyumi untuk ikut menangkis prpoganda Belanda tentang Indonesia setelah merdeka.
"Ini saya bukan kamapanye ya. Tapi kakeknya Anis Baswedan itu bisa saja buat negara Islam saat pemerintah Indonesia bestatus darurat. Tapi tidak dilakukan," kata Hidayat.
Tak sampai disana, Resolusi jihad NU yang dipimpin oleh Hasyim Asyari pada bulan Oktober 1945 di Surabaya menegaskan umat harus berjihad mempertahankan Indonesia yang bukan negara Islam. Hukumnya bahkan fardu 'ain. Tak lama setelah itu munculah Bung Tomo yang dikenal telah mengamankan Surabaya dengan merobek bendera Belanda menjadi merah putih. Saat itu meurut sejarah, Bung Tomo juga memekikkan takbir tiga kali sebelum berteriak "merdeka".
"Jadi umat Islam di Indoensia dalam sejaranya selalu cari titik tengah. Islam menyatu di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Inilah kehidupan Islam yang mau Indonesia itu merdeka dan berdaulat. Inilah Islam moderat, bukan ekstrim. Islam ahlu sunnah wal jamaah. Bukam sekte khawarij, syiah atau wahabi. Islam di indonesia solutif, bisa kerja sama dengan siapapun," kata Hidayat.
Faktor yang membuat Islam bisa menyatu dengan konsudif di Indonesia juga memamg disebabkan oleh masuknya Islam ke Indonesia dengan berbagai macam latar belakang yang untungnya bukan lewat perang.
Misalnya kata Hidayat soal Wali Songo yang mengakukturasi Islam dengan wayang dan segala adat Jawa di bumi nusantara. Cara seperti itu kata Hidayat menunjukkan Islam di Indonsia bukan yang anti dengan budaya lokal.
"Islam di Indonesia tidak anti budaya lokal. Islam menjelma menjadi punya ciri khas di Indonesia. Islam berpotensi untuk menjadikan Indonesia lebih besar," demikian Hidayat yang merupakan wakil ketua majelis syuro PKS itu. [rmol]
Tak hanya itu, nama Abdurrahman Baswedan pun diceritakan oleh hidayat. Saat itu kata Hidayat dia mengirm telegram kepada menteri kemakmuran, Syarifuddin Prayudanegara yang juga tokoh Masyumi untuk ikut menangkis prpoganda Belanda tentang Indonesia setelah merdeka.
"Ini saya bukan kamapanye ya. Tapi kakeknya Anis Baswedan itu bisa saja buat negara Islam saat pemerintah Indonesia bestatus darurat. Tapi tidak dilakukan," kata Hidayat.
Tak sampai disana, Resolusi jihad NU yang dipimpin oleh Hasyim Asyari pada bulan Oktober 1945 di Surabaya menegaskan umat harus berjihad mempertahankan Indonesia yang bukan negara Islam. Hukumnya bahkan fardu 'ain. Tak lama setelah itu munculah Bung Tomo yang dikenal telah mengamankan Surabaya dengan merobek bendera Belanda menjadi merah putih. Saat itu meurut sejarah, Bung Tomo juga memekikkan takbir tiga kali sebelum berteriak "merdeka".
"Jadi umat Islam di Indoensia dalam sejaranya selalu cari titik tengah. Islam menyatu di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Inilah kehidupan Islam yang mau Indonesia itu merdeka dan berdaulat. Inilah Islam moderat, bukan ekstrim. Islam ahlu sunnah wal jamaah. Bukam sekte khawarij, syiah atau wahabi. Islam di indonesia solutif, bisa kerja sama dengan siapapun," kata Hidayat.
Faktor yang membuat Islam bisa menyatu dengan konsudif di Indonesia juga memamg disebabkan oleh masuknya Islam ke Indonesia dengan berbagai macam latar belakang yang untungnya bukan lewat perang.
Misalnya kata Hidayat soal Wali Songo yang mengakukturasi Islam dengan wayang dan segala adat Jawa di bumi nusantara. Cara seperti itu kata Hidayat menunjukkan Islam di Indonsia bukan yang anti dengan budaya lokal.
"Islam di Indonesia tidak anti budaya lokal. Islam menjelma menjadi punya ciri khas di Indonesia. Islam berpotensi untuk menjadikan Indonesia lebih besar," demikian Hidayat yang merupakan wakil ketua majelis syuro PKS itu. [rmol]