Rekor ! Tembus 250 Ribu Per Kg Harga Cabe Makin Pedas


[tajukindonesia.net] Harga cabe tak hanya makin pedas. Tapi juga sudah bikin geger. Setelah belakangan ini melonjak di atas Rp 100 ribu per kilogram (kg). Baru-baru ini ditemukan rekor baru, harga si pedes melambung hingga tembus Rp 250 ribu per kg.

Lonjakan harga cabe itu ter­jadi di Samarinda, Kalimantan Timur. Harga normal cabe merah di kota tersebut biasanya hanya 40 ribu per kg dan cabe hijau 35 ribu per kg. Kenaikan harga cabe mulai terjadi sejak akhir tahun, harga terkerek menjadi Rp 70 sampai Rp 80 ribu per kg. Harga terus merangkak hingga akhirnya tembus Rp 250 ribu per kg pada dua hari lalu. Menurut para peda­gang, penyebab tingginya harga cabe karena stok kosong. 

Menteri Pertanian Amran Su­laiman tidak percaya harga cabe menyentuh angka Rp 250 ribu per kg. Amran mengaku sudah mengecek langsung. 

"Ini saya luruskan. Tadi ada kepala dinasnya. Kita juga tele­pon langsung harganya itu Rp 40 ribu per kg (harga petani-red). Itu sudah saya cek langsung. Bahkan kami mapping harga cabe," kata Amran di sela-sela rapat kerja nasional pembangunan pertanian di Jakarta, kemarin. 

Amran tidak menampik harga cabe di beberapa wilayah Indo­nesia saat ini tengah mengalami kenaikan. Hal tersebut, menurut­nya, disebabkan petani menunda memetik cabe karena curah hujan yang tinggi. 

Namun demikian, Amran me­mastikan pasokan di luar Jawa tercukupi seperti di Kalimantan, Sulawesi, dan Aceh. "Di sentra-sentra produksi cabe, kalau di petani Rp 40 ribu per kg di peda­gang Rp 50 ribu per kg, jadi bukan Rp 250 ribu per kg," tegasnya. 

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita me­mastikan, lonjakan harga paling tajam yang terjadi di luar Jawa hanya terjadi di satu daerah saja. Kalau wilayah lain dalam kondisi normal. "Di beberapa tempat normal. Di Manado sama Golontalo cabai rawit cuma Rp 28 ribu, cabe merah Rp 33 ribu, di Gorontalo juga segitu," ujar Enggar Rabu (4/1) malam. 
Enggar menerangkan lonjakan harga cabe di beberapa tempat terkerek karena curah hujan tinggi. Makanya, harge cabe di Gorontalo rendah karena di daerah itu curah hujan rendah. 

Enggar mengatakan, pihaknya akan mengatasi daerah yang kekurangan pasokan. Caranya, dengan mendistribusikan stok cabe di daerah yang berlebih pasokan ke daerah yang kekuran­gan. "Tidak banyak kok jumlah yang kekurangan, hanya di Samarinda dan Balikpapan. Di daer­ah lain over supply," katanya. 

Deputi Bidang Statistik Distri­busi dan Jasa Badan Pusat Statis­tik BPS), Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, harga cabe di di Samarinda sudah turun. 

"Memang pada 2-3 Januari 2017 pas libur tahun baru, stok cabe rawit merah kosong di Samarinda sehingga harga men­capai Rp 250 ribu per kg. Tapi kini sudah turun setelah diguyur pasokan dari Surabaya," ujar Sasmito. 

Menurut Sasmito, harga cabe di daerah itu kini rata-rata sekitar Rp 90 ribu-Rp 120 ribu per kg. 

Pangkas Tengkulak 

Presiden Jokowi meminta Mentan dan Mendag memangkas peran tengkulak dalam distribusi produk pertanian. Tujuannya untuk meningkatkan harga di tingkat petani. 

Jokowi mengatakan, untuk mengefisiensikan mata rantai distribusi bisa dilakukan dengan menyiapkan sistem berbasis Information Technology (IT). Misalnya, nanti pembeli bisa berbelanja dengan sistem online sehingga mata rantai berkurang. "Siapkan yang namanya logistic platform, ritel platform. Tanpa itu jangan berharap ada efisiensi sehingga mata rantai di lapangan pemasaran yang sekarang dikua­si tengkulak bisa dipendekkan," kata Jokowi. 

Jokowi puas dengan kinerja Mentan dan Mendag selama ini. Keduanya dinilai mampu berk­oodinasi dengan baik. Hanya saja, Presiden meminta, in­frastruktur pemasaran dilihat secara detail. [rm]






Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :