Kartu Ahok
[tajukindonesia.net] DONALD Trump resmi dilantik sebagai Presiden USA ke 45.
Jokowi tidak diundang. Ini bahasa simbol. Trump seorang yang vulgar. Mudah
ditebak.
Jokowi-Ahok adalah rezim bentukan Obama Demokrat via
James Riyadi. Kampanye Ahok-Jarot mengadopsi model Hillary: sok pluralis,
liberal, Pro LGBT, didukung mainstream media, menggunakan artis dan sebagainya.
Semuanya serupa. Tapi gagal. Artis tidak punya pengaruh sedot massa. Cuma
gaya-gayaan dan hura-hura. Yang punya umat adalah ulama dan ketua partai.
Pasca Hillary kalah, James bermanuver temui ulama
NU. Banyak yang bilang dia cari perlindungan. Harry Tanoe diam-diam terus
bermanuver: kasi gerobak Perindo kepada pedagang bakmi dan rokok di sekitar
Jatinegara.
Target utama Trump adalah mematahkan expansi
China. Putin sudah dirangkul. China sulit menang di Indonesia. Ahok berada di
persimpangan jalan. Either way, pasti tumbang.
Para taipan berkolaborasi dengan otoritas politik
memunculkan Ahok sebagi simbol pendekatan primordial dengan China. Tujuannya,
menjilat Beijing. Agar Penguasa RRT membuka pasarnya bagi mereka. Namun alas,
citra Beijing dan etnik Tionghoa di mata rakyat Indonesia malah runtuh akibat
ulah pribadi Ahok.
Trump bisa memainkan kartu lama sentimen rasial
Anti Tionghoa untuk menggebuk Beijing seperti aksi rasialis 10 Mei 1963 di
Bandung. Ahok alat sempurna untuk itu. Pemerintah pusat bisa dengan mudah
diobok-obok dengan menggunakan kartu Ahok. [rm]