Mendalami Sila Kelima: Belajar Dari Terobosan Nabi Yusuf
[tajukindonesia.id] - KONSEP kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial dicontohkan dalam kisah Nabi Yusuf AS. Ia hidup di samping raja dan keluarganya yang memerintah secara absolut. Kekayaan hanya menumpuk di sekitar keluarga raja dan pembesar-pembesarnya. Namun setelah Nabi Yusuf terlibat di dalam struktur pemerintahan, maka rakyat mulai merasakan adanya keadilan. Bukan hanya rakyat Mesir tetapi juga semua wilayah yang masuk dalam wilayah protektoratnya juga merasakan adanya sentuhan keadilan di negeri yang di mana Nabi Yusuf diberi kepercayaan menjadi salah seorang penentu kebijakan, terutama di sektor kesejahteraan masyarakakat.
Berawal dari mimpi raja sebagaimana diabadikan di dalam Al-Qur’an (Q.S. Yusuf/12) yang menceritakan mimpi raja negeri Mesir saat itu. "Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu jika kamu dapat menakbirkan mimpi." (Q.S. Yusuf/12:43).
Para petinggi kerajaan sibuk mencari orang yang bisa menakwil mimpi raja. Akhirnya ketemulah seorang pemuda cerdas bernama Nabi Yusuf. Mimpi raja ditakwil oleh Yusuf: "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan" (12:47). Para raja menganjurkan seluruh rakyatnya untuk mengintensifkan dan mengefektifkan pertanian agar negeri Mesir bisa terbebas dari krisis pangan yang berkepanjangan. Selama tujuh tahun berturut-turut panen raya masyarakat berhasil. Berkat nasihat Nabi Yusuf, raja menginstruksikan agar hasil panen tidak digunakan untuk hal-hal yang konsumtif, melainkan harus dihemat guna mengantisipasi masa paceklik yang akan melanda dunia tujuh tahun berikutnya.
Alkisah, berkat saran Nabi Yusuf terhadap raja diakomodir, maka jadilah negeri Mesir sebagai negeri penyelamat dunia karena negeri ini mampu mensuplai kebutuhan yang diperlukan di dalam dan di luar negeri. Mesir menjadi negeri unggul, menjadi tempat ketergantungan negeri-negeri di sekitarnya. Kekuatan negeri Mesir terletak karena manajemen pasca panen yang dirancang Nabi Yusuf. Akhirnya Nabi Yusuf pun dipromosikan sebagai salahsatu petinggi kerajaan berkat kecerdasannya. Sesungguhnya bisa juga dipahami bahwa kemampuan yang luar biasa Nabi Yusuf ialah prediksi dan perencanaannya yang sangat matang, bukan dirinya sebagai Nabi dan ahli takwil mimpi tetapi kecerdasannya membuat analisis dan program yang tepat guna. Ia membuat analisis program jangka pendek, jangka menegah, dan jangka panjang. Ia juga memiliki ketegasan dalam memimpin karena tidak mungkin tercapai penghematan tanpa ketegasan dan disiplin nasional.
KONSEP kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial dicontohkan dalam kisah Nabi Yusuf AS. Ia hidup di samping raja dan keluarganya yang memerintah secara absolut. Kekayaan hanya menumpuk di sekitar keluarga raja dan pembesar-pembesarnya. Namun setelah Nabi Yusuf terlibat di dalam struktur pemerintahan, maka rakyat mulai merasakan adanya keadilan. Bukan hanya rakyat Mesir tetapi juga semua wilayah yang masuk dalam wilayah protektoratnya juga merasakan adanya sentuhan keadilan di negeri yang di mana Nabi Yusuf diberi kepercayaan menjadi salah seorang penentu kebijakan, terutama di sektor kesejahteraan masyarakakat.
Berawal dari mimpi raja sebagaimana diabadikan di dalam Al-Qur’an (Q.S. Yusuf/12) yang menceritakan mimpi raja negeri Mesir saat itu. "Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka: "Terangkanlah kepadaku tentang takbir mimpiku itu jika kamu dapat menakbirkan mimpi." (Q.S. Yusuf/12:43).
Para petinggi kerajaan sibuk mencari orang yang bisa menakwil mimpi raja. Akhirnya ketemulah seorang pemuda cerdas bernama Nabi Yusuf. Mimpi raja ditakwil oleh Yusuf: "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan" (12:47). Para raja menganjurkan seluruh rakyatnya untuk mengintensifkan dan mengefektifkan pertanian agar negeri Mesir bisa terbebas dari krisis pangan yang berkepanjangan. Selama tujuh tahun berturut-turut panen raya masyarakat berhasil. Berkat nasihat Nabi Yusuf, raja menginstruksikan agar hasil panen tidak digunakan untuk hal-hal yang konsumtif, melainkan harus dihemat guna mengantisipasi masa paceklik yang akan melanda dunia tujuh tahun berikutnya.
Alkisah, berkat saran Nabi Yusuf terhadap raja diakomodir, maka jadilah negeri Mesir sebagai negeri penyelamat dunia karena negeri ini mampu mensuplai kebutuhan yang diperlukan di dalam dan di luar negeri. Mesir menjadi negeri unggul, menjadi tempat ketergantungan negeri-negeri di sekitarnya. Kekuatan negeri Mesir terletak karena manajemen pasca panen yang dirancang Nabi Yusuf. Akhirnya Nabi Yusuf pun dipromosikan sebagai salahsatu petinggi kerajaan berkat kecerdasannya. Sesungguhnya bisa juga dipahami bahwa kemampuan yang luar biasa Nabi Yusuf ialah prediksi dan perencanaannya yang sangat matang, bukan dirinya sebagai Nabi dan ahli takwil mimpi tetapi kecerdasannya membuat analisis dan program yang tepat guna. Ia membuat analisis program jangka pendek, jangka menegah, dan jangka panjang. Ia juga memiliki ketegasan dalam memimpin karena tidak mungkin tercapai penghematan tanpa ketegasan dan disiplin nasional.
Kesuksesan negeri Mesir ini disebabkan oleh sikap keterbukaan raja mau menerima saran orang lain dari kalangan profesional di luar lingkungan dan keluarga istana. Ini pelajaran penting buat kita juga, bahwa jika setiap persoalan diserahkan kepada ahlinya pasti akan selesai. Sebaliknya jika persoalan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka kata Nabi Muhammad Saw, tunggulah kehancurannya. [rmol]