Dihadapan Jokowi, Pimpinan MTA Minta Aparat Dukung Kegiatan Dakwah
[tajuk-indonesia.com] - Majelis Tafsir Al Quran (MTA) menyesalkan sampai saat ini masih ada sekelompok orang, bahkan aparat yang menolak atau tidak menberikan ijin kegiatan MTA. Padahal, MTA yang berkantor pusat di Kota Solo atau Surakarta itu murni lembaga dakwah dan menolak berafiliasi dengan partai politik manapun.
“MTA ini murni lembaga dakwah, bukan bawahan partai politik dan tidak akan menjadi partai politik. MTA bukan golongan tertentu tapi satu kesatuan dengan umat Islam lain. Partai politik boleh berbeda, tapi MTA tetap menjadi bagian Islam,” kata Pimpinan Pusat MTA, Ahmad Sukina dalam acara Silaturahim Nasional (Silatnas) MTA di Stadion Manahan, Solo, Minggu (19/9) yang dikutip Merdeka.
Silatnas yang mengambil tema ‘Merajut Kebhinekaan, Memperteguh NKRI’ tersebut dihadiri 100 ribu peserta. Dalam kesempatan tersebut Pimpinan Pusat MTA Ahmad Sukina mengukuhkan 64 perwakilan dan cabang MTA di 14 provinsi. Dengan demikian, total ada 604 cabang dan perwakilan di seluruh Tanah Air. Perwakilan dan cabang MTA yang dikukuhkan dari Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jatim,Jateng, DIY, Kalteng, Jabar, Kalsel, Bali dan Papua.
Acara Silatnas MTA itu dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo.
Ahmad Sukino berharap, dengan kehadiran Presiden dan Ketua MPR pada Silatnas MTA ini, seluruh kegiatan MTA selanjutnya bisa berjalan lancar.
Presiden Jokowi dalam sambutannya mengatakan, Bangsa Indonesia sering lupa bahwa Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dalam kunjungan ke negara lain, dirinya selalu menyampaikan hal tersebut. Jokowi juga mengingatkan agar umat selalu menjaga persatuan demi keutuhan bangsa.
“Saya mengingatkan agar kita jaga persaudaraan, menjaga ukhuwah Islamiyah kita, Negara kita negara besar yang harus kita rawat bersama-sama. Berbeda suku, agama, bahasa tapi tetap dalam satu kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” katanya.
Jokowi mengatakan, negara lain belajar kepada Indonesia bagaimana mengelola keberagaman bangsa dan mengelola kebhinekaan. Banyak negara-negara Islam di dunia yang belajar tentang Indonesia.
“Islam di Indonesia adalah Islam yang rahmatan lil alamin. Negara lain memantau kita, mereka ingin belajar kepada Indonesia,” tandasnya.
Terkait konflik Rohingya, Jokowi menegaskan sikap Indonesia tegas meminta kekerasan disana agar dihentikan. Bukan hanya kecaman, Indonesia sudah terlibat dalam penyelesaian konflik dan pengiriman bantuan kemanusiaan.
“Saya ingin mengajak keluarga MTA bergandengan tangan dengan komponen lain untuk menyebarkan kasih sayang, kerukunan. Untuk menjaga keberagaman dan kebhinekaan negara Indonesia,” pungkas Jokowi.[gm]