Guru Besar UNJ: Jangan Dicekoki Siswa Madrasah dengan Semua Pelajaran
[tajuk-indonesia.com] - Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Mukhneri Mukhtar menawarkan rekomendasi soal sistem pembelajaran kepada Kementerian Agama. Menurutnya, sistem pembelajaran di madrasah cendrung memaksakan dan menekankan pada prestasi akademik saja.
Hal itu, lanjut dia, menyebabkan siswa dipaksa menguasai semua mata pelajaran yang diajarkan di madrasah.
“Memang ini bukan hanya di madrasah, tetapi di sekolah-sekolah umum juga banyak begitu. Padahal mestinya tidak seperti itu. Siswa tidak boleh dicekoki semua pelajaran dan diminta harus menguasai semuanya. Jika dipaksakan seperti itu, boleh jadi nantinya siswa tidak bisa menguasa satu pun mata pelajaran,” kata Mukhneri saat menjadi pembicara dalam acara talk show bertajuk ‘Bangga Menjadi Siswa Madrasah’ yang digelar di arena Expo Madrasah, Gedung Prof. Amin Abdullah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis (10/8/2017).
Mukhneri juga menjelaskan, metode pengajaran sebaiknya tidak hanya difokuskan pada akademik saja. Ini mengingat siswa memiliki berbagai macam kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain.
“Pendidikan di barat seringkali menekankan pada fokus. Bukan berarti siswa di sana ketika di sekolah hanya diajarkan satu disiplin ilmu saja. Tetapi, ada spesifikasi pada bidang yang lebih diminati. Sehingga bagi masing-masing siswa di situ ada prioritas,” jelasnya.
“Kemampuan siswa tentu tidak hanya akademik. Kemampuan bernyanyi, berolahraga, dan seterusnya juga mesti diperhatikan oleh sekolah. Bahkan sebisa mungkin difasilitasi untuk kemudian dikembangkan agar terus lebih baik,” terangnya.
Talk show yang dimoderatori jurnalis asal Jakarta Mohammad Ilyas Assaidy ini juga menghadirkan dua siswa berprestasi asal Yogyakarta. Keduanya adalah Kholida Nailul Muna, siswi MAN III Bantul yang pada Juli lalu menyabet piala Piala Perak di ajang World Mathematic Invitation di Filipina serta Satria Widyanto, siswa MA Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, yang menyabet medali emas dalam OSN Fisika Riau, Juli lalu.
Satria dalam kesempatan ini memberikan beberapa tips sehingga bisa menggapai sukses, terutama di bidang fisika. Menurutnya, salah satu yang sangat penting adalah kemauan untuk berkorban, menghabiskan waktu untuk bidang yang diminati.
Namun begitu, ia juga menegaskan bahwa selain tekun dan membiasakan diri dengan latihan juga yang sangat penting adalah pendekatan kepada Sang Pencipta.
“Maka, kita jangan lupa berdoa karena tidak bisa kita hanya mengandalkan pendekatan dunia, harus ada pendekatan akhirat. Makanya tentu selain fokus belajar juga berdoa. Dan itu saya kira kelebihan madrasah dibanding sekolah umum, karena madrasah selain kita belajar tentang pengetahuan umum, kita juga belajar hukum agama Islam. Bagaimana tata cara sholat dan seterusnya,” kata Satria.
Senada juga diungkapkan Kholida. Dikatakannya, apa yang diraihnya merupakan buah dari ketekunan dan membiasakan diri untuk terus berlatih.
“Kita sebisa mungkin terus memperbanyak latihan soal-soal. Jadi terus latihan, jangan cepat puas,” ujarnya.
Expo Madrasah sendiri merupakan bagian dari pagelaran Ajang Kreativitas Seni dan Olahraga Madrasah (Aksioma) dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang digelar oleh Kementerian Agama RI dari 7-12 Agustus 2017. [tsc]
“Kemampuan siswa tentu tidak hanya akademik. Kemampuan bernyanyi, berolahraga, dan seterusnya juga mesti diperhatikan oleh sekolah. Bahkan sebisa mungkin difasilitasi untuk kemudian dikembangkan agar terus lebih baik,” terangnya.
Talk show yang dimoderatori jurnalis asal Jakarta Mohammad Ilyas Assaidy ini juga menghadirkan dua siswa berprestasi asal Yogyakarta. Keduanya adalah Kholida Nailul Muna, siswi MAN III Bantul yang pada Juli lalu menyabet piala Piala Perak di ajang World Mathematic Invitation di Filipina serta Satria Widyanto, siswa MA Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, yang menyabet medali emas dalam OSN Fisika Riau, Juli lalu.
Satria dalam kesempatan ini memberikan beberapa tips sehingga bisa menggapai sukses, terutama di bidang fisika. Menurutnya, salah satu yang sangat penting adalah kemauan untuk berkorban, menghabiskan waktu untuk bidang yang diminati.
Namun begitu, ia juga menegaskan bahwa selain tekun dan membiasakan diri dengan latihan juga yang sangat penting adalah pendekatan kepada Sang Pencipta.
“Maka, kita jangan lupa berdoa karena tidak bisa kita hanya mengandalkan pendekatan dunia, harus ada pendekatan akhirat. Makanya tentu selain fokus belajar juga berdoa. Dan itu saya kira kelebihan madrasah dibanding sekolah umum, karena madrasah selain kita belajar tentang pengetahuan umum, kita juga belajar hukum agama Islam. Bagaimana tata cara sholat dan seterusnya,” kata Satria.
Senada juga diungkapkan Kholida. Dikatakannya, apa yang diraihnya merupakan buah dari ketekunan dan membiasakan diri untuk terus berlatih.
“Kita sebisa mungkin terus memperbanyak latihan soal-soal. Jadi terus latihan, jangan cepat puas,” ujarnya.
Expo Madrasah sendiri merupakan bagian dari pagelaran Ajang Kreativitas Seni dan Olahraga Madrasah (Aksioma) dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang digelar oleh Kementerian Agama RI dari 7-12 Agustus 2017. [tsc]