Duel Gerindra-PKS, Demokrat dan PDIP-Golkar di Jabar `Perang Bintang` Prabowo, SBY & Sohibul VS Mega-Setnov
[tajuk-indonesia.com] - Pilkada Jabar akan dihelat serentak dengan daerah lain di Indonesia pada Juli tahun 2018 mendatang. Berbagai kalangan memprediksi, perhelatan Pilkada Jabar merupakan 'perang bintang' karena banyak pesohor politik dan partai politik besar yang ikut bertarung. Duel Prabowo Subianto-Sohibul Iman vs Megawati-Setya Novanto, akan berlangsung ketat untuk memenangkan pertarungan di Jabar karena memiliki ceruk massa terbesar.
Pilkada Jabar memang sangat menarik karena memiliki pemilih/jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Para pengamat politik menyebut, wilayah ini merupakan ‘kelanjutan’ pertarungan parpol kuat, yakni PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, dan PKS. Kemesraan Gerindra dan PKS di Pilgub DKI Jakarta kemungkinan besar akan terjadi lagi di Jabar.
Apalagi, kata Arif, bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang bermunculan pun merupakan tokoh-tokoh yang dikenal dengan prestasi dan popularitasnya. Pilkada Jabar menarik perhatian lantaran banyak pesohor politik yang digadang-gadang oleh berbagai pihak untuk maju sebagai cagub dan cawagub.
“Megawati, SBY, dan Prabowo, diprediksi bakal 'duel'. Mengingat, Pilgub Jabar merupakan ‘kelanjutan’ pertarungan parpol kuat, yakni PDIP, Gerindra, Demokrat, Golkar dan PK,” kata Analis politik POINT Indonesia, Arif Nurul Iman di Jakarta, Kamis (11/8/2017).
Sejumlah tokoh digadang-gadang bakal maju pada Pilkada Jabar. Mereka antara lain, Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta), Deddy Mizwar (Wagub jabar), Ridwan Kamil (Walikota Bandung), Dedi Yusuf (DPR), Desi Ratnasari (DPR), AA Gym (ulama), dan Rieke Dyah Pitaloka (DPR). "Pilkada Jawa Barat merupakan 'perang bintang', sehingga menarik terus dicermati," tandas Arif.
Arif berpendapat, hampir seluruh partai memiliki fokus penuh ke Jabar, karena fokus mereka menyongsong Pemilu 2019. "Pilkada Jawa Barat adalah pilkada menarik bagi parpol karena memiliki ceruk massa terbesar. Ini bisa dikatakan sebagai pilkada pertaruhan," ujar Arif.
Mati-matian
Arif nenilai, partai politik bakal bertarung mati-matian untuk Pilkada Jabar karena momentum ini sekaligus dimanfaatkan untuk membangun kantong suara untuk Pemilu 2019. Selain itu, menurut dia, parpol akan menggunakan pilkada sebagai ajang memanaskan mesin politik.
Adapun beberapa waktu lalu, pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Prabowo Subianto sempat digelar. Berbagai kalangan menilai, pertemuan tersebut merupakan ajang konsolidasi guna persiapan pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Tak sedikit pula yang beranggapan bahwa pertemuan itu jadi ajang pertemuan dalam mempersiapkan koalisi di Pilkada Jabar.
Terkait hal itu, Pengamat Politik, Hendri Satrio, pesimis akan terwujudnya koalisi yang melibatkan kekuatan politik Prabowo dan SBY. "Jadi kecil kemungkinannya ada koalisi Prabowo-SBY," ujarnya di Jakarta,
Namun, ia menilai, prediksi koalisi yang lebih nyata adalah koalisi antara Prabowo dan Sohibul Iman. "Lebih besar kansnya Prabowo-Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman," ujarnya.
Duel
Sementara itu, Pengamat Politik dari Budgeting Metropolitan Watch (BMW) Amir Hamzah, menilai, Pilgub Jabar akan menarik layaknya Pilgub DKI Jakarta. Dimana tiga Ketum Parpol, yaitu Megawati, SBY, dan Prabowo, diprediksi bakal 'duel'. Mengingat, lanjut dia, Pilgub Jabar merupakan ‘kelanjutan’ pertarungan parpol kuat, yakni PDIP, Gerindra, Demokrat, dan PKS.
"Saya melihat bahwa pertarungan Pilpres 2014 yang lalu akan menjadi gambaran pertarungan Pilgub Jabar 2018. Prabowo dan Jokowi masih menjadi primadona di mata publik Jabar. Tiga tokoh nasional pimpinan Parpol juga akan berpengaruh, yakni Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Dan jangan lupa, PKS memiliki basis massa yang kuat di Jabar," ujarnya di Jakarta, Kamis (10/8/2017).
Ia memprediksi akan terjadi konsolidasi tingkat tinggi oleh parpol-parpol besar yang ingin memastikan mendapat dukungan mayoritas publik Jabar. Karena menurutnya, dibanding provinsi lain, Jabar sangat strategis karena memiliki jumlah pemilih terbanyak dalam pemilu.
"Bagi partai besar, menang dalam Pilgub Jabar adalah langkah awal untuk konsolidasi politik menjelang Pilpres 2019," tegasnya.
Jika melihat jumlah kursi di DPRD Jabar, lanjutnya, PDIP merupakan satu-satunya parpol yang bisa mengusung sendiri pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Kenyataan tersebut, kata dia, tentu membuat PDIP tidak akan terburu-buru menentukan bakal cagub dan cawagub, seperti saat mengusung Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki pada Pilgub Jabar 2013.
Sedangkan, kata Amir, partai politik yang tidak memenuhi syarat 20 persen kursi parlemen akan melakukan manuver politik sedini mungkin, seperti yang dilakukan Nasdem dengan mengusung Ridwan Kamil.
Selain itu, Partai Gerindra yang memiliki 11 kursi di DPRD kemungkinan akan kembali berkoalisi dengan PKS yang memiliki 12 kursi.
"Kemesraan Gerindra dan PKS di Pilgub DKI Jakarta kemungkinan besar akan terjadi lagi di Jabar," ujarnya.
Sedangkan untuk Partai Demokrat, dia mengaku masih sulit menebak arah koalisi parpol tersebut dalam Pilgub Jabar.
Banteng 'Keok'
Disisi lain, Amir menilai kalahnya 'jagoan' PDIP di berbagai Pilkada, dinilai sangat berpengaruh dalam pertarungan politik di Jabar. Hal itu menurutnya, karena masyarakat menganggap partai berlambang Banteng Moncong Putih mendukung penista agama.
"Jagoan PDIP bisa tumbang di Jabar, Jateng. Masyarakat akan menilai PDIP mendukung penista agama," kata dia.
Menurut dia, masyarakat tidak akan lupa pada PDIP yang membela Ahok mati-matian dalam kasus penistaan agama. Sehingga, hal itu sangat menjatuhkan nama PDIP.
Ia melihat bahwa PDIP akan habis-habisan di Pilkada Jabar 2018. Terlebih, pasca kekalahan di Pilgub Banten dan Pilgub DKI Jakarta. “Kemenangan di Jabar menjadi sangat strategis bagi partai yang dipimpin Megawati itu. "Saya kira PDIP akan all out di Jabar, apalagi PDIP juga sudah kalah di DKI dan Banten," katanya. [htc]