Simak..! Memaknai Kunjungan GNPF ke Istana


[tajuk-indonesia.com]           -           Lebaran kali ini kita dikejutkan dengan kunjungan GNPF ke Istana Negara. Sebuah langkah ‘radikal’ menurut saya. Karena kita semua tahu, Istana memang tidak pernah secara eksplisit mendukung aparat yang tebang pilih terhadap umat Islam. Tetapi diamnya Istana selama ini, lalu sikap dan wacana yang sering berseberangan dengan GNPF seperti dalam isu komunisme misalnya, seolah memberi ‘lampu hijau’ bagi pihak-pihak yang tidak suka dengan Islam.

Maka pertemuan Ahad kemarin, memiliki banyak makna. Saya tidak akan membahas orang-orang yang merasa menang dengan sowan-nya GNPF ke Istana. Bagi saya, mereka manusia awam yang tidak paham ideologi dan garis perjuangan GNPF. Juga tidak akan membahas media-media mainstream yang memelintir acara dan statement GNPF, sedemikian sehingga seolah GNPF tunduk pada penguasa, dan kehilangan idealisme.

Jangankan urusan Islam, wong hal-hal umum saja, biasa mereka pelintir. Bagaimana bisa, tol Brebes-Batang dibilang sengaja dibuat bergelombang. Ini kan sama seperti statement ‘membuat atap rumah yang disengaja bocor’. Tidak bisa dilogika. Dimana-mana, para insinyur pembuat jalan akan berusaha maksimal, agar jalanan yang mereka buat serata mungkin.

Lebih baik kita lihat kunjungan ini dari perspektif Islam. Toh GNPF lahir dari semangat memperjuangkan Islam. Dan eksistensi mereka sejauh ini, setelah berbagai fitnah melanda, mustahil tanpa campur tangan Allah SWT. Kesuksesan mengatur jutaan massa, dalam satu komando, tidak akan pernah bisa disamai oleh ideologi buatan manusia.
Setidaknya ada 3 hal yang bisa dimaknai dari kunjungan ini. Pertama, ini bermakna pengakuan Negara atas eksistensi GNPF, termasuk FPI. FPI, yang Imam Besar-nya terus dicari-cari kesalahannya, alhamdulillah, ternyata salah satu pimpinannya diterima Istana. Lengkap dengan atribut/identitas FPI pula. Secara psikologis, ini akan menguatkan moral umat Islam, pada saat yang sama membuat kecewa mereka yang tidak suka dengan Islam.

Kedua, meruntuhkan stigma GNPF dengan seluruh gerbongnya sebagai kelompok radikal. Selama ini, mereka dituduh sebagai kelompok intoleran, anti kebhinnekaan, sampai berniat makar terhadap Republik ini. Ternyata para pimpinannya mampu datang dan berdialog secara elegan, bervisi negarawan. Setelah ini, tentu tidak ada alasan bagi penentang GNPF untuk menolak dialog. Melalui dialog, akan ketahuan, siapa yang benar, siapa yang cuma bermodal ‘pokoknya’.

Ketiga, ini yang terpenting, meski mendatangi Istana, mereka tidak kemudian terkooptasi penguasa. Tak sekalipun keluar kata maaf atau penyesalan, atas perjuangan mereka selama ini. Sebaliknya, mereka bisa menyampaikan aspirasi secara langsung, kepada orang nomor satu di negeri ini. Saat diterima pun, posisi mereka sangat berbeda dengan saat GIDI Tolikara ke Istana. GNPF duduk dalam posisi setara dengan pihak Istana. Presiden dengan jajarannya di satu sisi, sementara UBN dan Ulama lainnya di sisi yang lain.

Dalam pandangan saya, GNPF ini memang kelompok yang unik. Unsur-unsur mereka lumayan lengkap. Ada UBN yang jadi ideolog, ada HRS yang orator pembakar massa, ada massa FPI yang siap digerakkan setiap saat. Belum lagi Moslem Cyber Army yang selalu siaga di dunia maya. Garis perjuangan merekapun unik. Tegas terhadap penguasa, tetapi menghindari konflik fisik terutama dengan aparat, meski sering sekali mereka dipancing-pancing. Jika terus dipertahankan, InsyaAllah, massa dan simpatisan GNPF akan semakin banyak.

Pada akhirnya memang kita tidak punya pilihan, selain harus terus optimis dengan perjuangan Islam. Unsur-unsur penguat semakin banyak. Kampus-kampus makin ramai oleh Mahasiswa yang juga Hafidz. Muncul dua ulama besar, yang cukup dekat dengan dua ormas Islam terbesar. Ustadz Adi Hidayat dekat ke Muhammadiyah, Ustadz Abdul Somad dekat dengan NU Kultural. Ramainya Sholat Eid pun menjadi viral hingga ke mancanegara. Pilihan Habib Rizieq keluar negeri juga sangat tepat, karena memungkinkan Beliau untuk terus memberi petunjuk dan arahan perjuangan.

Alam sekalipun, ikut memainkan orkestra persatuan ini. Alhamdulillah, sudah beberapa kali kita selalu satu dalam penentuan hari raya. Wallohu a’lam, Eid Mubarak dari pelosok Sulawesi.[kbt]











Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :