Gus Sholah Nilai Sebagai Toleransi Obat Persoalan Bangsa
[tajuk-indonesia.com] - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur KH. Sholahudin Wahid menekankan kunci menghadapi persoalan bangsa saat ini adalah sikap toleransi serta perlunya dialog duduk bersama tanpa saling menyalahkan satu sama lain.
Hal itu dikatakan Gus Sholah sapaan akrabnya saat menerima kunjungan pengurus DPP dan DPW Jatim Partai Nasdem di Ponpes Tebuireng Jombang, Jumat kemarin (16/6).
Melihat perkembangan suhu politik akhir-akhir ini, adik kandung Gus Dur itu melihat ada upaya mempertentangkan Islam dengan Indonesia. Ia juga mengaku sudah menyampaikan kondisi bangsa ini kepada pemerintah lewat Menko Polhukam Wiranto.
Menurut Gus Sholah, negara harus tanggap dan cepat mengatasi persoalan ini dan harus bisa meredam suhu politik yang panas. Tidak cukup hanya meredam, tapi akar persoalan juga harus diobati agar tidak muncul lagi di belakang hari.
Lanjut dia, sesama umat Islam tidak boleh diadu. Maka pemerintah harus bisa mengajak semua pihak duduk bersama untuk dialog. Namun untuk bisa duduk bersama dalam dialog dibutuhkan kunci yaitu toleransi. Dan toleransi harus dijelaskan bahwa itu hanya masalah sosial, bukan terkait akidah.
Sesama umat meskipun beda pilihan harus tetap menghormati, tidak boleh menuding munafik, tidak merasa paling Islam sendiri, paling Indonesia sendiri atau merasa palIng benar sendiri.
"Kita ribut ngomong Pancasila tapi tak melakukan, negara lain malah lebih pancasilais meski dasar negaranya bukan Pancasila," kata Gus Sholah.
Ia mengatakan, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sempat pernah menjadi aliran keras di era Bung Karno. Namun kemudian mengalami perkembangan dan perubahan menjadi Islam moderat.
Gus Sholah juga menekankan tetap perlu dijaganya silaturahim. Sebab, silaturahim bisa menjaga kondisi tetap damai dan kondusif, sehingga semua elemen bisa bekerja lebih baik dan fokus. Bahkan banyak negara lain yang saat ini mengikuti tradisi silaturahmi di Indonesia tersebut.
Ia mengaku kaget saat sebuah survei menyebutkan ada 6 juta anggota kelompok Islam garis keras di kampus umum. Mereka juga mampu masuk ke masjid-masjid.
"Berarti kita kurang abai di masjid sehingga dimasuki aliran tertentu. Harus cari titik temu jangan anggap musuh," kata Gus Sholah.
Sementara itu, Sekjen DPP Partai Nasdem Effendy Choirie mengatakan, kegiatan Safari Ramadhan ini bukan untuk mengajak kiai masuk Nasdem. Kegiatan safari ini hanya silaturahmi agar selalu tercipta suasana adem.
"Nasdem juga perlu mendengar masukan dan saran para ulama terhadap dinamika politik keindonesiaan dalam hubungannya dengan konsep keberagaman," kata mantan anggota DPR dari PKB yang akrab disapa Gus Choi itu. [rmol]
Sesama umat meskipun beda pilihan harus tetap menghormati, tidak boleh menuding munafik, tidak merasa paling Islam sendiri, paling Indonesia sendiri atau merasa palIng benar sendiri.
"Kita ribut ngomong Pancasila tapi tak melakukan, negara lain malah lebih pancasilais meski dasar negaranya bukan Pancasila," kata Gus Sholah.
Ia mengatakan, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sempat pernah menjadi aliran keras di era Bung Karno. Namun kemudian mengalami perkembangan dan perubahan menjadi Islam moderat.
Gus Sholah juga menekankan tetap perlu dijaganya silaturahim. Sebab, silaturahim bisa menjaga kondisi tetap damai dan kondusif, sehingga semua elemen bisa bekerja lebih baik dan fokus. Bahkan banyak negara lain yang saat ini mengikuti tradisi silaturahmi di Indonesia tersebut.
Ia mengaku kaget saat sebuah survei menyebutkan ada 6 juta anggota kelompok Islam garis keras di kampus umum. Mereka juga mampu masuk ke masjid-masjid.
"Berarti kita kurang abai di masjid sehingga dimasuki aliran tertentu. Harus cari titik temu jangan anggap musuh," kata Gus Sholah.
Sementara itu, Sekjen DPP Partai Nasdem Effendy Choirie mengatakan, kegiatan Safari Ramadhan ini bukan untuk mengajak kiai masuk Nasdem. Kegiatan safari ini hanya silaturahmi agar selalu tercipta suasana adem.
"Nasdem juga perlu mendengar masukan dan saran para ulama terhadap dinamika politik keindonesiaan dalam hubungannya dengan konsep keberagaman," kata mantan anggota DPR dari PKB yang akrab disapa Gus Choi itu. [rmol]