Pakar IT Minta Polisi Pakai Metode Ini Untuk Ungkap Penyebar baladacintarizieq


[tajuk-indonesia.com]        -        Setelah menetapkan Habib Rizieq Syihab dan Firza Husein tersangka kasus dugaan pornografi chat WhatsApp, polisi didesak untuk mengusut penyebar di situs 'baladacintarizieq'. Polisi mengaku tengah menyelidiki siapa penyebarnya.

Menurut pakar IT Ruby Alamsyah, penelusuran postingan dokumen atau informasi elektronik yang ada di medsos atau website itu dapat dilakukan penelusuran secara pasti, namun dengan tingkat kesulitannya yang berbeda-beda. Sebab, pelaku bisa saja menutupi jati dirinya dengan menyembunyikan domain hingga IP Address.

Namun, polisi bisa melakukan penelusuran hingga ke sumber awal penyebar konten tersebut dengan menggunakan metoda tracing. Metoda ini digunakan oleh Ruby saat diminta menjadi ahli di kasus pornografi yang melibatkan artis Luna Maya dan Ariel.

"Konsepnya hampir mirip--seperti Kapolda Metro bilang bahwa ini sebenarnya mirip dengan kasus Luna Maya dan Ariel--nah di kasus Luna Maya- Ariel yang kami lakukan adalah dengan menggunakan metoda baru, kita bisa melacak semua yang meng-upload ke internet sampai data itu pertama kali didapat dari mana. Saya melakukan metoda tracing (di kasus Luna-Ariel)," jelas Ruby.

Hal itu diungkapkan Ruby seusai menjadi pembicara di acara diskusi bulanan yang diselenggarakan oleh Pokja Wartawan Polda Metro Jaya di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (31/5/2017). "Nah ini hal yang sama sebenarnya bisa saja diterapkan, tapi kan penyidik punga stategi banyak," lanjut Ruby.

Ruby mencontohkan, di kasus pornografi Kuna-Ariel, file berkonten video porno tersebut di-export pada Juni 2010. "Dari mulai Juni yang ekspos (di) Facebook, kaskus dan sawomatang, saya telusurin dari situ, mereka dapat dari mana," ungkapnya.

Dari hasil penelusuran di media sosial dan situs tersebut, ia menemukan adanya sejumlah forwarding email berisi konten pornografi Luna-Ariel. Penyebaran konten pornografi itu pun sudah ber-layer-layer.
"Forwarding-forearding email, ada sekitar 30-40 orang penerima. Tapi yang pertama kali pengirim pertama kita dapat. Dari situ kita telusuri ke komputernya, kita periksa dia dapat dari BBM grup teman-teman dia yang kita konfirmasi dari beberapa teman-teman dia, device teman-temannya kita forensik. Dari situ kita dapat lagi dari bluetooth, kiriman dari bluetooth ujungnya dapat dari kelompok mahasiswa di Bandung 9 orang," jelasnya.

Dari 9 mahasiswa tersebut, lanjut Ruby, mereka ada yang mencuri dari flashdisk temannya dan lainnya.

"Ada yang men-download temannya dan berujung pada sepupunya Rejoi, sound engineering Ariel dan dari sepupunya Rejoi tersebut kita bisa menuju Rejoi yang copy file tersebut dari hard disk Ariel." ujarnya.

Kalaupun sumber aslinya itu telah dihapus, menurut Ruby masih bisa dilacak, selama data tersebut tidak di-rewrite (tertimpa). "Masih. Kita di dunia digital forensik itu ada level-level penanganan barbuk. Konsepnya, teorinya adalah sesuatu yang sudah dihapus itu bisa di-recovery, tetapi sesuatu yang telah tertimpa, atau overwrite itu tidak bisa di-recover," lanjutnya.

"Dua hal ini kita bisa ketahui hanya kalau kita lakukan digital forensic yang mendalam. Kalau hanya dihapus kemudian cara hapusnya standar itu bisa sangat mudah untuk di-recovery," pungkasnya. [dtk]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :