"Parade Papan Bunga"
[tajuk-indonesia.com] - SEPANJANG jalan Merdeka Medan Selatan, Jakarta Pusat dihias parade papan bunga ucapan selamat kepada Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Berbagai tanggapan bermunculan mulai dari yang takjub sampai yang kritis.
Penulis kritik sosial tersohor tajam, Zeng Wei Jian menyayangkan ratusan parade papan bunga tersebut sebagai kemubaziran sebab dalam beberapa hari akan menjadi sampah tanpa bisa merubah kemenangan Anies-Sandi pada pilkada 2017.
Parade papan bunga dinilai kontradiktif dengan kenyataan bahwa sudah setahun para korban penggusuran Pasar Ikan masih sengsara hidup di atas puing. Demikian pula warga Bukit Duri terpaksa hidup dalam pengungsian akibat digusur secara paksa.
Memang di alam demokrasi Orde Reformasi wajar apabila setiap warga Indonesia, termasuk Zeng Wei Jian, berhak memiliki dan mengungkapkan pendapat.
Sebagai warga Indonesia, saya juga berhak memiliki dan mengungkapkan pendapat yang tidak harus sama dengan Zeng Wei Jan.
Maka beda dari Zeng yang menerawang dengan lensa kesenjangan sosial, saya mencoba menerawang dengan lensa ekonomi dan kebudayaan.
Diterawang dengan lensa ekonomi, parade papan bunga bermakna positif dan konstruktif bagi industri papan bunga yang membuka kesempatan kerja bagi para petani bunga, penata papan bunga, pengirim papan bunga dan pengusaha papan bunga.
Diterawang dengan lensa kebudayaan, parade papan bunga menghias Medan Merdeka Selatan merupakan bukti bahwa semangat Bhinneka Tunggal Ika masih mantap hadir di persada Nusantara tercinta ini.
Warga Indonesia terdiri dari ribuan suku yang masing-masing memilki kebudayaan beda satu dengan lainnya. Kebudayaan suku Jawa beda dari suku Batak yang juga beda dari suku Melayu yang juga beda dari suku Bugis atau Menado atau Maluku atau Papua yang juga beda dengan kebudayaan suku Cina yang kini berdasar kepres disebut sebagai Tionghoa.
Dalam keragaman kebudayaan yang saling beda termasuk pula cara masing-masing menyampaikan ucapan selamat yang tentu saja juga saling beda satu dengan lainnya.
Suku Tionghoa yang berada di kota-kota besar termasuk ibu kota Indonesia memiliki tradisi menyampaikan ucapan selamat dalam bentuk papan bunga. Maka ketika menyaksikan parade papan bunga semarak menghias Medan Merdeka Selatan, yang spontan timbul di lubuk sanubari saya adalah rasa syukur.
Terbukti tak terbantahkan: suasana Bhinneka Tunggal Ika masih mantap hadir di persada Nusantara tercinta ini.
Dipandang dengan lensa kesenjangan sosial, parade papan bunga mungkin terkesan sebagai pemborosan tidak selaras kenyataan jarak kesenjangan antara si kaya dengan si miskin makin melebar. Namun dipandang dengan lensa kebudayaan, parade papan bunga merupakan ungkapan citra Bhinneka Tunggal Ika khas bangsa Indonesia dimana setiap warga Indonesia berhak menyampaikan ucapan selamat dengan cara masing-masing.
Maka sebagai seorang warga Indonesia, saya juga berhak menyampaikan ucapan selamat kepada Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dengan cara saya yaitu melalui naskah yang dimuat atas budi baik Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka Online (RMOL) yang sedang anda baca ini.
Melalui naskah sederhana ini saya menyampaikan ucapan selamat kepada Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sebagai dua putera terbaik bangsa Indonesia yang telah mempersembahkan dharma-bakti mereka kepada negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Merdeka!. [***]
Penulis adalah warga Indonesia yang juga Pendiri Museum Rekor MURI
[rmol]
Warga Indonesia terdiri dari ribuan suku yang masing-masing memilki kebudayaan beda satu dengan lainnya. Kebudayaan suku Jawa beda dari suku Batak yang juga beda dari suku Melayu yang juga beda dari suku Bugis atau Menado atau Maluku atau Papua yang juga beda dengan kebudayaan suku Cina yang kini berdasar kepres disebut sebagai Tionghoa.
Dalam keragaman kebudayaan yang saling beda termasuk pula cara masing-masing menyampaikan ucapan selamat yang tentu saja juga saling beda satu dengan lainnya.
Suku Tionghoa yang berada di kota-kota besar termasuk ibu kota Indonesia memiliki tradisi menyampaikan ucapan selamat dalam bentuk papan bunga. Maka ketika menyaksikan parade papan bunga semarak menghias Medan Merdeka Selatan, yang spontan timbul di lubuk sanubari saya adalah rasa syukur.
Terbukti tak terbantahkan: suasana Bhinneka Tunggal Ika masih mantap hadir di persada Nusantara tercinta ini.
Dipandang dengan lensa kesenjangan sosial, parade papan bunga mungkin terkesan sebagai pemborosan tidak selaras kenyataan jarak kesenjangan antara si kaya dengan si miskin makin melebar. Namun dipandang dengan lensa kebudayaan, parade papan bunga merupakan ungkapan citra Bhinneka Tunggal Ika khas bangsa Indonesia dimana setiap warga Indonesia berhak menyampaikan ucapan selamat dengan cara masing-masing.
Maka sebagai seorang warga Indonesia, saya juga berhak menyampaikan ucapan selamat kepada Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dengan cara saya yaitu melalui naskah yang dimuat atas budi baik Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka Online (RMOL) yang sedang anda baca ini.
Melalui naskah sederhana ini saya menyampaikan ucapan selamat kepada Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sebagai dua putera terbaik bangsa Indonesia yang telah mempersembahkan dharma-bakti mereka kepada negara, bangsa dan rakyat Indonesia. Merdeka!. [***]
Penulis adalah warga Indonesia yang juga Pendiri Museum Rekor MURI
[rmol]