Mega Bilang Resmikan Proyek karena Sudah Minta Izin Jokowi, & Bilang Proyek Itu Dia yang Inisiasi
[tajuk-indonesia.com] - Setelah ramai dengan berita peresmian Waduk di Bali oleh Megawati kini Mantan Presiden RI tersebut kembali meresmikan sebuah Kebun Raya di Baturraden Purwokerto.
Alasan yang dikemukakan oleh Mega saat meresmikan waduk adalah dia sudah meminta izin kepada Presiden Jokowi untuk meresmikan proyek-proyek yang terbengkalai dalam masanya.
Mega mengutarakan bahwa kalau diizinkan, dia ingin meresmikan program sewaktu dia menjadi presiden. Dia berujar, bahwa inisiasi proyek waduk tersebut pada saat masa dia menjadi Presiden. Sedangkan dalam peresmian Kebun Raya Baturraden, Mega didaulat dalam kapasitasnya sebagai Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia.
Saya katakan sebagai sebuah Stand up Comedy atau mungkin sebuah akrobat terhadap alasan yang diberikan Megawati dalam meresmikan Proyek tersebut. Mari kita telaah, apakah benar yang disampaikan oleh Mega. Benar atau mencari pembenaran.
Waduk Ularan yang dibangun di lahan seluas 114 Ha ini berlokasi di perbatasan Kecamatan Seririt dan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Sebagai waduk yang terbesar di Pulau Dewata, bendungan ini mampu menampung air sebanyak 12 juta meter kubik. Air dari waduk waduk dipakai untuk mengairi irigasi sebanyak 1.700 hektar dan air baku di Kabupaten Buleleng.
Waduk Ularan dibangun dengan membendung aliran Sungai Saba yang berada di perbatasan Desa Ularan dan Desa Rindikit, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan situs www.pu.go.id/main/view_pdf/7805 bahwa Proyek Waduk Titab di Kabupaten Buleleng Bali yang dirintis pembangunannya sejak Tahun Anggaran (TA) 2011 dan ditargetkan rampung 2014.
Proyek Waduk tersebut akan menghabiskan dana sebesar Rp. 428.712 milyar yang bersumber dari dana APBN secara multiyear selama empat tahun anggaran dari 2011-2014.
Perencanaan waduk memang diinisiai atau dicanangkan tahun 2004. Namun proyeknya sendiri dimulai dari tahun 2011, dengan anggaran APBN tahun 2011. Yang mana, seperti kita ketahui, bahwa tahun 2011 adalah zaman Presiden SBY bukan era dari Megawati.
Kalau alasan yang digunakan bahwa sesuatu diresmikan sesuai apa yang dinisiasikan, itu kan rencana saya. Yang artinya masih sebatas mimpi. Belum ada wujud nyata. Jika hal tersebut dianggap benar apalagi wajar, jangan-jangan seandainya besok ibu kota RI pindah ke Palangkaraya, yang meresmikan bukan Presiden yang sekarang, tetapi orang yang merencanakan dahulu, Presiden pertama RI, do you know lah. Atau yang mudah jika ‘susah’ memanggil Soekarno, ketika Jokowi meresmikan beberapa proyek SBY, dia tak mengundang SBY. Mengapa?
Untuk bahasan kedua, disebutkan dalam pidato seremonialnya, Mega dikatakan sebagai ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia. Apakah yayasan ini sebuah lembaga negara? Jika iya, silakan saja.
Namun, ingat, yang diresmikan adalah sebuah proyek yang menggunakan uang negara. Bukan proyek yang menggunakan uang yayasan. Sehingga kurang pantas apabila diresmikan dengan selain pejabat yang berwenang atau yang ‘pantas’. Pernah saya menulis mengenai posisi Megawati dalam pemerintahan sebagai apa, dalam kolom komentar ada sebuah pernyataan, bahwa tidak penting yang meresmikan siapa, yang penting manfaatnya untuk masyarakat.
Memang, benar, untuk sekarang, namun kasihan nanti 30 atau 40 tahun kedepan. Ketika anak cucu kita melihat prasasti peresmian. Jangan-jangan mereka akan mengira periode 2015 adalah zaman Presiden Megawati. Hiihihi.
Akhir tahun 2015 ini memang spesial. Setelah kita ‘dihibur’ dengan berbagai macam dagelan Senayan, Jonan dan Pemerintahan kini, mungkin, Stand up comedy dari Megawati tampaknya dapat menjadi alternatif hiburan. Salam. [PM]
Proyek Waduk tersebut akan menghabiskan dana sebesar Rp. 428.712 milyar yang bersumber dari dana APBN secara multiyear selama empat tahun anggaran dari 2011-2014.
Perencanaan waduk memang diinisiai atau dicanangkan tahun 2004. Namun proyeknya sendiri dimulai dari tahun 2011, dengan anggaran APBN tahun 2011. Yang mana, seperti kita ketahui, bahwa tahun 2011 adalah zaman Presiden SBY bukan era dari Megawati.
Kalau alasan yang digunakan bahwa sesuatu diresmikan sesuai apa yang dinisiasikan, itu kan rencana saya. Yang artinya masih sebatas mimpi. Belum ada wujud nyata. Jika hal tersebut dianggap benar apalagi wajar, jangan-jangan seandainya besok ibu kota RI pindah ke Palangkaraya, yang meresmikan bukan Presiden yang sekarang, tetapi orang yang merencanakan dahulu, Presiden pertama RI, do you know lah. Atau yang mudah jika ‘susah’ memanggil Soekarno, ketika Jokowi meresmikan beberapa proyek SBY, dia tak mengundang SBY. Mengapa?
Untuk bahasan kedua, disebutkan dalam pidato seremonialnya, Mega dikatakan sebagai ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia. Apakah yayasan ini sebuah lembaga negara? Jika iya, silakan saja.
Namun, ingat, yang diresmikan adalah sebuah proyek yang menggunakan uang negara. Bukan proyek yang menggunakan uang yayasan. Sehingga kurang pantas apabila diresmikan dengan selain pejabat yang berwenang atau yang ‘pantas’. Pernah saya menulis mengenai posisi Megawati dalam pemerintahan sebagai apa, dalam kolom komentar ada sebuah pernyataan, bahwa tidak penting yang meresmikan siapa, yang penting manfaatnya untuk masyarakat.
Memang, benar, untuk sekarang, namun kasihan nanti 30 atau 40 tahun kedepan. Ketika anak cucu kita melihat prasasti peresmian. Jangan-jangan mereka akan mengira periode 2015 adalah zaman Presiden Megawati. Hiihihi.
Akhir tahun 2015 ini memang spesial. Setelah kita ‘dihibur’ dengan berbagai macam dagelan Senayan, Jonan dan Pemerintahan kini, mungkin, Stand up comedy dari Megawati tampaknya dapat menjadi alternatif hiburan. Salam. [PM]