Jokowi Bicara “Xenofobia” Saat Bertemu Presiden Prancis, Ketakutan pada China?


[tajuk-indonesia.com]        -        Dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Prancis Francois Hollande di Istana Kepresidenan (29/03), Presiden Joko Widodo menyinggung masalah xenofobia.

Jokowi-Hollande sepakat mengenai pentingnya penyebaran nilai-nilai toleransi. Tujuannya untuk menghilangkan xenophobia yang bisa memicu aksi ekstrimisme atau terorisme.

Penggunaan kata “xenophobia” itu mengundang tanda tanya. Takut kepada siapa? Pimpinan Rumah Amanah Rakyat, Ferdinand Hutahean (31/3), menilai, Presiden Jokowi terlalu “takut” kepada China, sehingga menyatakan adanya xenofobia bangsa Indonesia.

"Pernyataan tersebut jelas membuat saya heran dan kaget, saya berpikir sejenak, sejak kapan Indonesia pernah xenofobia? Sejak kapan Indonesia takut dengan China?" tanya Ferdinand.

Xenofobia adalah ketidaksukaan atau ketakutan terhadap pihak asing atau yang dianggap asing. Salah satu kasus yang mencuat di Indonesia, masalah xenofobia terjadi terhadap etnis Tionghoa atau China.
Kata Ferdinand, ada empat isu besar terkait xenofobia yang dibicarakan Jokowi-Hollande. Pertama, adalah Pilkada Gubernur DKI Jakarta yang salah satu kandidatnya adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang keturunan China. 

"Yang Kedua adalah isu serbuan Tenaga Kerja Ilegal yang berasal dari China. Ketiga adalah Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang diisukan telah dijual dan diiklankan di daratan China dan Hongkong. Yang keempat adalah isu tentang narkoba yang dalam jumlah besar berasal dari China," ungkap Ferdinand. 

Menurut Ferdiand, keeempat isu itu memang membuat Indonesia menjadi tidak suka dengan China, tetapi bukan takut seperti istilah xenofobia. 

"Kami menjadi tidak suka kepada Ahok, yang telah menyebabkan keretakan bangsa ini dengan kata-kata kasar, kotor dan keras serta menodakan agama Islam," jelas Ferdinand. 

Ferdinand menegaskan, bangsa Indonesia tidak suka dengan hutang berkedok investasi yang membawa tenaga kerja ilegal dari China. "Bangsa ini butuh pekerjaan, masih tinggi angka tingkat pengangguran,kenapa justru diserahkan kepada tenaga kerja asing ilegal," ungkap Ferdinand. 

Rakyat Indonesia tidak suka dengan reklamasi, kata Ferdinand, karena telah menggusur penduduk lokal pribumi dan terdengar dijual dan diiklankan di daratan China. "Darah kami tentu mendidih jika kemudian terbukti Pribumi digusur untuk kemudian tanahnya dijual ke China. Kami juga tidak suka dengan narkoba yang jumlahnya luar biasa besar yang berasal dari China," pungkas Ferdinand.[pm]













Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :