Ironi! BNN Sebut Ada Ratusan Anak Pejabat Terjerat Narkoba
[tajuk-indonesia.com] - Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkapkan ratusan anak pejabat terjerat narkoba. Sayang masih banyak yang ditutupi lantaran tak ingin aib keluarga itu terbuka ke masyarakat dan memilih berobat ke Singapura.
"Maaf (ada) ratusan anak pejabat yang kena (Narkoba), dan mereka akan
memilih untuk berobat ke Singapura," ujar Kasubdit Lingkungan Kerja dan
Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Kombes Ricky Yanuarfi di
kawasan Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (25/3/2017).
Padahal, papar Ricky, BNN telah menjamin pengguna Narkoba yang
melaporkan diri akan direhabilitasi dan tidak dikenakan sanksi pidana.
Namun miris, hanya sangat kecil masyarakat yang mau melakukan hal
tersebut.
"Kami coba giliran ke masyarakat, yang melapor tidak akan dipidana tapi
yang melapor cuma nol koma sekian persen," ungkap Kombes Ricky.
Keengganan masyarakat yang melapor ini menurutnya karena adanya stigma
di masyarakat bahwa pengguna Narkoba adalah aib bagi keluarga mereka.
Sehingga mereka memilih untuk berdiam diri atau bagi mereka yang mampu
akan membawa anaknya berobat di luar negeri.
"Karena masyarakat masih berpikiran bahwa yang kena Narkoba itu aib
keluarga. Malu dia anaknya kena Narkoba, akhirnya mereka tidak lapor,"
jelasnya.
Ricky mencontohkan, ada anak pejabat yang overdosis Narkoba. Namun
disebutkan bahwa mereka meninggal karena suatu penyakit. Meski tak
menyebut secara jelas, Ricky mengungkapkan ada ratusan anak
pejabat-pejabat negeri yang mnenjadi pecandu Narkoba. Karena malu,
mereka memilih untuk berobat ke Singapura.
Stigma bahwa narkoba adalah aib, lanjut Ricky tidak bisa hilang sampai
saat ini. Bahkan sejak BNN dan Kementrian Kesehatan bekerja sama untuk
menyelamatkan para pengguna narkoba dan tidak menempatkan para pecandu
ini sebagai tindak kriminal, tetap saja kata dia, Permen No 25 tahun
2011 itu tidak diindahkan pengguna maupun para orangtuanya.
Jangankan untuk melapor, Ricky kembali memberikan contoh. Pernah dirinya
keliling berpatroli dengan mobil tes urine BNN di seputar kawasan
tempat hiburan Kemang. Namun selama satu bulan melakukan patroli, Ricky
mengaku tidak ada satupun yang menghampiri kendaraannya.
"Satu bulan saya hanya mondar mandir saja dengan mobil tes urine. Sampai
saya disomasi sama asosiasi tempat hiburan. Saya salah apa? Saya cuma
mondar mandir. Artinya diambil kesimpulan, logika sajalah, mulai dari
jam 11 malam sampai pagi apakah mereka kuat (karaoke) kalau tidak pakai
itu," jelasnya.
Sehingga BNN menyatakan bahwa saat ini aparat baik Bea Cukai, Direktorat
Narkoba dan BNN telah bersinergi untuk memerangi kejahatan lintas
negara tersebut. Bila para pecandu memilih untuk tidak melaporkan untuk
melakukan rehabilitasi maka aparat tidak akan segan-segan menindak
hingga melakukan tembak mati.
Untuk diketahui juga tambahnya, bahwa saat ini BNN sudah dilengkapi
dengan senjata untuk melawan para bandar narkotika. Selainitu BNN juga
menargetkan memiliki anjing pelacak untuk membantu melakukan proses
penyelidikan hingga pengejaran para bandar di lapangan.[tsc]