Begini Respon 'Ngeles' Kubu Ahok, Disebut Berikan Rp 1 Juta Ke Setiap Pemilih
[tajuk-indonesia.com] - Anggota Tim Pemenangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat, Masinton Pasaribu mengatakan, memasuki masa kampanye putaran kedua Pilgub DKI Jakarta, pasangan jagoannya terus diterpa informasi hoax atau kabar bohong.
"Itu
rumor tidak masuk akal. Duit darimana untuk membayar Rp 1 juta setiap
suara yang nyoblos Ahok-Djarot," kata Masinton seperti diberitakan RMOLJakarta.com, Jumat (10/3).
Politisi PDI Perjuangan ini menilai, selama kampanye putaran kedua banyak tim kubu lawan yang sengaja memproduksi hoax.
Menurut anggota Komisi III DPR ini, tim produsen hoax sengaja diciptakan karena tren dukungan masyarakat kepada pasangan Ahok-Djarot meningkat signifikan.
Sebelumnya, Pengamat Kebijakan Publik dari Budgeting Metropolitan Watch (BMW), Amir Hamzah menjelaskan bahwa salah satu indikasi adanya politik uang terlihat di TPS 32 Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, saat pencoblosan 15 Februari lalu. Di TPS itu, pasangan Ahok-Djarot menang 100 persen.
"Kalau putaran pertama mereka kasih Rp 700 ribu per suara, maka putaran kedua bisa naik sampai Rp 1 juta per suara," kata Amir.
Meski demikian, lanjut Amir, upaya jor-joran politik uang itu bakal mubazir. Pasalnya mayoritas warga Ibukota, khususnya umat muslim tak mau akidahnya tergadai hanya karena lembaran rupiah.
Amir menyarankan, duit milik petahana yang akan digunakan membeli suara warga, disumbangkan untuk warga China daratan yang saat ini sedang tertimpa bencana kelaparan. "Kasihan warga China daratan yang karena lapar, terpaksa mengkonsumsi tikus atau kalajengking," ujar Amir. [rmol]
Politisi PDI Perjuangan ini menilai, selama kampanye putaran kedua banyak tim kubu lawan yang sengaja memproduksi hoax.
Menurut anggota Komisi III DPR ini, tim produsen hoax sengaja diciptakan karena tren dukungan masyarakat kepada pasangan Ahok-Djarot meningkat signifikan.
Sebelumnya, Pengamat Kebijakan Publik dari Budgeting Metropolitan Watch (BMW), Amir Hamzah menjelaskan bahwa salah satu indikasi adanya politik uang terlihat di TPS 32 Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, saat pencoblosan 15 Februari lalu. Di TPS itu, pasangan Ahok-Djarot menang 100 persen.
"Kalau putaran pertama mereka kasih Rp 700 ribu per suara, maka putaran kedua bisa naik sampai Rp 1 juta per suara," kata Amir.
Meski demikian, lanjut Amir, upaya jor-joran politik uang itu bakal mubazir. Pasalnya mayoritas warga Ibukota, khususnya umat muslim tak mau akidahnya tergadai hanya karena lembaran rupiah.
Amir menyarankan, duit milik petahana yang akan digunakan membeli suara warga, disumbangkan untuk warga China daratan yang saat ini sedang tertimpa bencana kelaparan. "Kasihan warga China daratan yang karena lapar, terpaksa mengkonsumsi tikus atau kalajengking," ujar Amir. [rmol]