SBY-Jokowi Jangan Berbalas "Pantun Politik"
[tajukindonesia.net] - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono harus menemui presiden Joko Widodo untuk menurunkan suhu politik yang sedang memanas, danjangan hanya berbalas "pantun politik" lewat pernyataan di media.
"Pertemuan kedua pemimpin negeri ini sangat urgent dan penting diwujudkan merespon situasi politik terkini di tanah air," kata pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Dua hari lalu, SBY berbicara kepada wartawan di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, dan mengutarakan keinginannya untuk bertemu dengan Joko Widodo untuk mengklarifikasi soal berbagai tuduhan kepadanya. Dia ingin bicara blak-blakan tentang siapa yang memberi info intelijen kepada Jokowi.
Politik berbalas pantun yang dimainkan SBY dan Jokowi, menurut Emrus, sama sekali tidak memberi pendidikan politik dan nilai demokrasi bagi rakyat.
Pertemuan antara Jokowi dan SBY, diharapkan dapat memecah kebuntuan persoalan kebangsaan, terutama terkait dengan situasi politik terkini yang bisa mengarah terjadinya polarisasi di tengah masyarakat. "Sebab saat ini, utamanya di Jakarta, menjelang Pilkada, sudah tidak bisa pungkiri lagi bahwa tensi komunikasi politik sedang memanas," kata Emrus.
Bila tidak ada titik temu antar berbagai kepentingan yang berbeda, kata dia, situasi bisa berubah dan berpotensi memunculkan kondisi sosial politik yang saling "berhadap-hadapan" antar berbagai kelompok kepentingan di tengah masyarakat.
"Itu tidak boleh terjadi. Harus segera ditemukan solusi dan diwujudkan sesegera mungkin. Jangan sampai mengulur waktu," kata dia.
Karena itu, pertemuan dan dialog antara tokoh bangsa, termasuk perjumpaan antara Jokowi-SBY, sangat dibutuhkan negeri ini dan mendesak dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
"Sudah tidak saatnya, bahkan tidak produktif bagi bangsa kita memperbincangkan, misalnya, ada dua tiga orang yang menghalangi pertemuan Jokowi-SBY," kata dosen Universitas Pelita Harapan itu.
Bila memang ada orang yang menghalangi pertemuan, sebaiknya nama orang tersebut disampaikan oleh SBY kepada Jokowi secara langsung ketika tatap muka, sebagai ruang komunikasi privat antar mereka berdua agar Jokowi dapat memahami orang yang ada di sekitarnya. "Bukan disampaikan di ruang publik," kata dia.
Karena itu, menurut Emrus, kedua tokoh bangsa kita, Jokowi dan SBY, lebih proaktif dengan inisiatif agar sesegera mungkin bertemu.
Bisa saja, misalnya, SBY datang langsung menemui Jokowi seperti warganegara pada umumnya dengan mengikuti prosedur yang berlaku di Istana. Atau Jokowi berkunjung ke Cikeas bertemu SBY. Ini sebagai perilaku komunikasi kenegarawanan.
Bila pertemuan tersebut segera direalisasikan, tentu itu sekaligus menjadi teladan komunikasi yang disampaikan kedua tokoh bangsa tersebut kepada seluruh rakyat Indonesia. [rms]
Bila tidak ada titik temu antar berbagai kepentingan yang berbeda, kata dia, situasi bisa berubah dan berpotensi memunculkan kondisi sosial politik yang saling "berhadap-hadapan" antar berbagai kelompok kepentingan di tengah masyarakat.
"Itu tidak boleh terjadi. Harus segera ditemukan solusi dan diwujudkan sesegera mungkin. Jangan sampai mengulur waktu," kata dia.
Karena itu, pertemuan dan dialog antara tokoh bangsa, termasuk perjumpaan antara Jokowi-SBY, sangat dibutuhkan negeri ini dan mendesak dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
"Sudah tidak saatnya, bahkan tidak produktif bagi bangsa kita memperbincangkan, misalnya, ada dua tiga orang yang menghalangi pertemuan Jokowi-SBY," kata dosen Universitas Pelita Harapan itu.
Bila memang ada orang yang menghalangi pertemuan, sebaiknya nama orang tersebut disampaikan oleh SBY kepada Jokowi secara langsung ketika tatap muka, sebagai ruang komunikasi privat antar mereka berdua agar Jokowi dapat memahami orang yang ada di sekitarnya. "Bukan disampaikan di ruang publik," kata dia.
Karena itu, menurut Emrus, kedua tokoh bangsa kita, Jokowi dan SBY, lebih proaktif dengan inisiatif agar sesegera mungkin bertemu.
Bisa saja, misalnya, SBY datang langsung menemui Jokowi seperti warganegara pada umumnya dengan mengikuti prosedur yang berlaku di Istana. Atau Jokowi berkunjung ke Cikeas bertemu SBY. Ini sebagai perilaku komunikasi kenegarawanan.
Bila pertemuan tersebut segera direalisasikan, tentu itu sekaligus menjadi teladan komunikasi yang disampaikan kedua tokoh bangsa tersebut kepada seluruh rakyat Indonesia. [rms]