Didukung Banyak Partai Belum Tentu Menang Putaran Dua
[tajuk-indonesia.com] - Saat ini PDI Perjuangan sebagai pengusung pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat (Ahok-Djarot) mulai merapatkan barisan serta membuka pintu bagi partai lain untuk berkoalisi di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.
Pertanyaannya yang muncul sejauh mana dukungan partai-partai mantan pendukung pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni (Agus-Sylvi) berdampak signifikan terhadap kemenangan Ahok-Djarot dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi).
Peneliti Indonesia Political Review (IPR) Sekar menjelaskan, partai bekas pendukung Agus-Sylvi tidak akan mempengaruhi peta kemenangan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi secara signifikan.
"Dalam pilkada, khususnya Pilkada DKI, faktor pasangan calon tetaplah akan menjadi kunci paling kuat yang menentukan kemenangan nanti," ujarnya kepada redaksi, Sabtu (25/2).
Faktanya, saat ini kedua pasangan calon selain Djarot tentunya bukanlah kader dari partai-partai yang sedang berkontestasi.
"Ahok, Anies dan Sandi sejak awal bukanlah kader partai politi ataupun petugas partai sekalipun. Jadi, tidak ada ikatan yang kuat bagi kader partai politik terkait untuk memperjuangan calonnya dengan all out. Dukungan mereka akan lebih pada keputusan yang bersifat pragmatis ketimbang ideologis," jelas Sekar.
Dosen Universitas Pembangunan Nasional itu mengaku tidak heran jika Partai Amanat Nasional sudah menyatakan bahwa tidak mau dikaitkan dalam koalisi nasional atau pemerintahan saat ini. Di mana PAN termasuk salah satu partai koalisi pendukung pemerintah.
"Artinya PAN memberi sinyal bahwa PAN belum tentu akan mendukung paslon Ahok-Djarot. Namun hal ini masih menarik untuk ditunggu karena belum tentu juga mereka pada akhirnya akan mendukung Anies-Sandi," beber Sekar.
Di sisi lain, lanjutnya, menunggu proses Pilkada DKI dengan hasil penuh kejutan sangatlah mungkin. Karena kemenangan pasangan calon tidak bisa diprediksi dengan mudah dari koalisi pendukungnya.
"Pemilih Jakarta lebih rasional karena sebagian besar penduduknya bukanlah penggemar partai politik. Mereka memiliki preferensi pilihan tersendiri karena tingkat pendidikan dan akses informasi yang cukup baik terhadap rasionalitas visi misi maupun rekam jejak pasangan calon sehingga mereka tidak terlalu peduli partai pendukung paslon," demikian Sekar. [rmol]
"Ahok, Anies dan Sandi sejak awal bukanlah kader partai politi ataupun petugas partai sekalipun. Jadi, tidak ada ikatan yang kuat bagi kader partai politik terkait untuk memperjuangan calonnya dengan all out. Dukungan mereka akan lebih pada keputusan yang bersifat pragmatis ketimbang ideologis," jelas Sekar.
Dosen Universitas Pembangunan Nasional itu mengaku tidak heran jika Partai Amanat Nasional sudah menyatakan bahwa tidak mau dikaitkan dalam koalisi nasional atau pemerintahan saat ini. Di mana PAN termasuk salah satu partai koalisi pendukung pemerintah.
"Artinya PAN memberi sinyal bahwa PAN belum tentu akan mendukung paslon Ahok-Djarot. Namun hal ini masih menarik untuk ditunggu karena belum tentu juga mereka pada akhirnya akan mendukung Anies-Sandi," beber Sekar.
Di sisi lain, lanjutnya, menunggu proses Pilkada DKI dengan hasil penuh kejutan sangatlah mungkin. Karena kemenangan pasangan calon tidak bisa diprediksi dengan mudah dari koalisi pendukungnya.
"Pemilih Jakarta lebih rasional karena sebagian besar penduduknya bukanlah penggemar partai politik. Mereka memiliki preferensi pilihan tersendiri karena tingkat pendidikan dan akses informasi yang cukup baik terhadap rasionalitas visi misi maupun rekam jejak pasangan calon sehingga mereka tidak terlalu peduli partai pendukung paslon," demikian Sekar. [rmol]