Tak Masuk AS, Produk China Rawan Serbu Pasar Indonesia


[tajukindonesia.net]      -       Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengaku khawatir produk China akan menyerbu pasar Indonesia jika AS menerapkan kebijakan pro­tektif.

"Saya khawatir sekali akan menjadi efek langsung kepada kita. Donald Trump itu kan sasaran utamanya adalah China. Sedangkan China adalah trading partner kita pertama. Kalau nanti enggak bisa masuk AS, semua dilempar ke Indonesia," kata Sofjan kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Sofjan menyarankan, pemerintah mengoptimalkan industri dalam negeri. Indonesia harus bisa memenuhi segala macam kebutuhan bagi masyarakat se­hingga tidak bergantung produk impor.

Menko Perekonomian Darmin Nasution juga mewaspadai ke­bijakan Trump. Menurutnya, Indonesia sebenarnya tidak terkena dampak langsung jika AS menerapkan kebijakan pro­teksionis. Karena, Indonesia tidak memiliki persaingan lang­sung dengan Negeri Paman Sam tersebut, terutama ekonomi.

Dia menjelaskan, dampak tidak langsung dipicu dari pengaruh China yang akan terkena imbas langsung dari kebijakan protektif.

"Sebetulnya kalau secara langsung tidak banyak dampak­nya. Karena kita tidak bersaing dengan Amerika. Tapi kalau China, barangkali banyak. Sehingga dampak tidak lang­sungnya itu yang harus kita pela­jari baik-baik," kata Darmin.

Namun demikian, Darmin berterus terang belum tahu dampak apa yang akan dirasakan Indonesia dalam waktu dekat. Dia memperkirakan, jika kebi­jakan itu benar diterapkan, sek­tor perdagangan yang pertama terkena imbasnya, kemudian baru pasar keuangan.
Seperti diketahui, dalam pidato inaugurasinya, Donald Trump menyampaikan akan mengem­balikan kejayaan AS dengan melakukan kebijakan protek­sionisme. Dia ingin mendorong masyarakat membeli produk buatan negaranya sendiri. Selain itu, Trump berjanji akan mem­buka banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat AS.

Kebijakan Trump kini dike­nal dengan slogan 'America First'. Kebijakan ini dinilai bisa mempengaruhi pergerakan per­ekonomian global yang cukup signifikan, mengingat AS meru­pakan negara yang berpengaruh di dunia.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suahasil Nazara memastikan, sejauh ini belum ada dampak yang signifi­kan pasca pelantikan Trump. Namun demikian, menurutnya, pihaknya akan memonitor kebi­jakan yang akan dirilis Trump.

"Belum lah, tapi kita per­hatikan terus perkembangan kebijakan seperti apa. Hari-hari ini kita perhatikan terus," kata Suahasil.

Dia mengatakan, saat ini fokus pemerintah mengkaji ke­bijakan yang sudah diambil AS. Yakni, Trump sudah menarik diri dari Trans Pacific Partner­ship (TPP).

Saat ditanya soal kabinet Trump, Suahasil enggan mengomentarinya. "Yang terpenting adalah realisasi dari kebijakan yang akan dirilis Trump. Seka­rang kita perhatikan saja dulu. Tunggu saja kebijakannya, bu­kan nunggu orangnya doang," imbuhnya.

Rugikan AS

Senior Economist Standard Chartered Bank, Aldian Taloputra mengkritik rencana Trump menerapkan kebijakan protektif. Menurutnya, kebijakan itu berto­lak belakang dengan komitmen negara-negara di dunia di mana perlu menjalin kerja sama untuk memperkuat ekonomi.

Dia menilai, jika Trump nekat melaksanakan rencananya, hal itu akan merugikan AS sendiri. Sebab, beberapa industri di AS membutuhkan bahan baku dari negara tetangganya.

"Padahal kita tahu antarneg­ara kan saling membutuhkan," kata Aldian dalam acara 2017 Standard Chartered Bank Global Research Briefing di Hotel Shan­gri-La, Jakarta, kemarin.

Selain itu, Aldian memperkirakan, kebijakan Trump akan memicu ketidakpastian ekono­mi. Untuk merealisasikan kebi­jakannya, Trump membutuhkan waktu. Sebab, ada kemungkinan juga Trump batal melaksanakan­nya.

"Jadi terus terang kita masih lihat seperti apa kebijakannya, realisasinya akan seperti apa," tutup Aldian. [rmol]












Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :