Mantaps ! Bersaing dengan 10 Orang, Ridwan Hisyam Siapkan Diri Jadi Cawagub Jatim
[tajukindonesia.net] Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur masih akan
berlangsung tahun depan atau 2018. Namun politisi Partai Golkar asal Surabaya,
Ridwan Hisyam mulai siap-siap bersaing untuk menjadi Calon Wakil Gubernur
(Cawagub).
"Kans
besar untuk calon gubernur ada di Khofifah, Saifullah,
dan Risma. Saya on the track di Cawagub,” ujar Ridwan Hisyam di
Surabaya, Minggu (15/1/2017).
Menurut
kalkulasi politik Ridwan setidaknya ada sekitar 10 nama yang memiliki peluang
menjadi Cawagub Jatim harus dihadapi dirinya. Dia menyebut Abdul Halim Iskandar
(Ketua DPW PKB Jatim), Kusnadi (Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim), Nyono Suharli
Wihandoko (Ketua DPD Golkar Jatim).
Selain
itu adalah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi hasil koalisi PDI Perjuangan,
Gerindra, Nasdem, PKS, dan PAN), Rendra Kresna (Bupati Malang hasil koalisi
Golkar, PKB, Demokrat, Gerindra, Nasdem), Sambari Halim (Bupati Gresik hasil
koalisi PKB dan Demokrat). Juga Ali Muchsan Musa dan Mudjiono.
“Dari
birokrat ini kalkulasinya yang berpeluang Risma di kandidat Cagub. Sambari juga
bisa kalau di-push PKB,” ungkap Ridwan yang pernah menjadi Cawagub berpasangan
dengan almarhum Soetjipto dalam Pilgub Jatim beberapa tahun lalu.
Ridwan
Hisyam yang kini anggota Komisi X DPR RI ini tergolong memiliki jejak panjang
di pentas politik Jawa Timur. Selain pernah menjadi Ketua DPD Partai Golkar
Jawa Timur juga pernah menjadi Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jatim juga
tercatat senior HIPMI Jatim.
“Sebagai
pengusaha yang menggelui politik sejak muda, saya ingin menyumbangkan
pengalaman untuk membangun dan mengembangkan potensi Jawa Timur,” kata Ridwan
Hisyam yang alumni Fakultas Teknik Perkapalan ITS ini.
Dia
menambahkan setidaknya ada tiga kategori kandidat yang akan maju menjajal
pertarungan pemilihan Gubernur Wakil Gubernur Jawa Timur. Pertama, mereka yang
pernah menjadi Cagub-Cawagub. Kedua, fungsionaris parpol. Ketiga, calon dari
unsur birokrat.
“Kalau
ada figur drop-dropan akan sulit bisa memenangkan Pilkada. Kalau pun bisa,
biaya politiknya high cost (mahal), ” papar Ridwan Hisyam. [trp]