Inilah Lima Penyebab Ahok Masih Dianggap Penista Agama Versi LSI Denny JA
[tajukindonesia.net] Ada lima penyebab utama mengapa terjadi polarisasi
sentimen agama yang semakin tajam
Begitu dikatakan peneliti LSI Adrian Sopa saat merilis
hasil riset terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, di kantornya
(Selasa, 24/1).
Penyebab pertama, kata dia lagi, pidato Ahok di
Pulau Seribu yang diucapkan September 2016. Pidato itu diupload oleh Pemda DKI
dan menjadi viral Oktober 2016.
"Kemarahan sebagian publik karena isu
penggusuran, reklamasi, dan aneka komentar Ahok yang dianggap pongah
mendapatkan amunisi yang lebih heboh dan emosional," sambung Adrian.
Riset yang dilakukan Denny JA dan kawan-kawan ini
berkaitan dengan Polarisasi Agama, Etnik dan Gender Pemilih Jakarta.
Penyebab kedua, lanjut Adrian, pernyataan MUI yang
menyebut Ahok telah menista agama Oktober 2016. Pendirian MUI ini didukung oleh
aneka ulama dan ormas Islam berpengaruh.
"Sikap MUI ini menjadi bensin bagi kemarahan
publik. Ibarat rumput kering, sikap MUI memberikan bensin membuatnya menjadi
api," tambah Adrian.
Penyebab ketiga, lanjut dia, gerakan massa yang
massif ikut menambah sentimen anti Ahok. Mulai dari Aksi Bela Islam I, II, dan
III sejak bulan Oktober-Desember 2016. Gerakan massa yang terlibat, terutama di
tanggal 2 Desember 2016, disebut sebagai people power terbesar di Indonesia. Gerakan ini menjadi media
solidaritas yang saling menguatkan.
"Aneka momen itu menjadi momentum semakin
perlunya gubernur yang lebih menghormati agama," jelas Adrian
Keempat, lanjut dia lagi, meningkat status Ahok
menjadi tersangka di November 2016. Sebulan berikutnya, Desember 2017, Ahok
menjadi terdakwa penista agama. Pengadilan atas dirinya dimulai. Status
tersangka bahkan terdakwa menambah amunisi baru.
Sementara penyebab kelima, jelas Adrian, yakni
kekuatan sosial media pro dan kontra. Hal itu menambah tingginya polarisasi
agama. Sentimen anti Ahok mencapai level mayoritas pemilih Muslim, dan terus
bertahan sejak bulan November sampai Januari 2017.
"Hingga kini pemilih Muslim yang menganggap
Ahok menista agama masih mayoritas," sambungnya.
Lima event ini sambung menyambung membuat
polarisasi agama semakin tajam.
Ahok kata Adrian jelas dirugikan oleh meluasnya
sentiment agama. Dukungan atas Ahok merosot dari 59.3 persen (Maret 2016),
menjadi 49.1 persen (Juli 2016), 31.4 persen (Oktober 2016), 24.6 persen
(November 2016), 27.1 persen (Desember 2016) dan 32.6 persen (Januari 2017).
"Sungguhpun Ahok rebound sejak Desember 2016. Tapi, Ahok tak
lagi di urutan nomor 1," demikian Adrian. [rm]