Direktur CIIA: Maaf, Jadi Agama Ibu Megawati Apa? Agama Nusantara?
[tajukindonesia.net] - Pidato politik Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri pada peringatan HUT PDIP ke-44 di Jakarta Convention Center (JCC) (10/01) masih menjadi polemik. Dalam pidatonya Megawati menyatakan: “Kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab”.
Pengamat terorisme yang juga Direktur Community of Ideological Islamic
Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, turut mempertanyakan pidato politik
Megawati yang menyinggung Islam dan “ideologi tertutup” itu.
“Maaf, jadi agama Bu Megawati apa yaa?? Agama nusantara? Agama …..?
|semoga Allah SWT memberi hidayah kepada Bu Megawati aamiin,” tulis
Harits di akun Twitter @HaritsAbuUlya.
Sebelumnya, politisi senior yang juga tokoh Islam, Habil Marati,
mengecam keras pidato politik Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri pada
peringatan HUT PDIP ke-44 di Jakarta Convention Center (JCC) (10/01).
Politisi asal Sulawesi Tenggara ini menyoal pidato Megawati yang menyebut “kalau mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab”.
Menurut Habil, Megawati tidak paham posisi agama dalam prespektif
penciptaan manusia, bahwa agama Islam bukan budaya Arab. Megawati juga
tidak paham agama.
“Megawati tidak paham Agama, dan tidak tau beragama. Islam turun di
tanah Arab dan pada orang Arab, tapi Allah mengutus Nabi Muhammad bukan
untuk mewakili orang Arab dan tanah Arab dalam kenabiannya. Nabi
Muhammad mewakili seluruh umat manusia sepanjang zaman,” tegas Habil
Marati kepada intelijen (10/01).
Habil juga menyangkal keras jika dikatakan tuntutan Islam agar Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok) dipenjara berlandaskan pada “ideologi tertutup”
sebagaimana dikatakan Megawati.
“Jadi kalau orang Islam menuntut Ahok untuk dipenjarakan karena
menistakan Al Quran ini bukan budaya Arab, dan ini pula bukan idiologi
tertutup dan bukan pula dogma,” tegas Habil.
Tak hanya itu, menurut Habil, dalam pidato politiknya, Megawati hanya
membacakan teks pidato yang disusun tim di PDIP. “Megawati hanya baca
teks saja. Dan sekaligus Megawati tidak mengerti Pancasila di mana sila
pertamanya adalah Ketuhan Yang Maha Esa. Bisa dikatakan sekularisasi UUD
45 menjadi UUD 2002 adalah bertentangan dengan Pancasila, artinya
Megawati melecehkan dua sekaligus hal yang paling prinsipil yaitu agama
dan Pancasila,” pungkas Habil Marati.
Sebelumnya, Megawati dalam sambutannya pada peringatan HUT PDIP ke-44
mengatakan, “Kalau kamu mau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau
kamu mau jadi orang Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau kamu mau jadi
orang Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia
dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.”
Megawati menyebut tentang pihak-pihak yang dianggapnya antikeberagaman.
Mereka disebut sebagai Megawati sebagai penganut ideologi tertutup, yang
memicu isu konflik bernuansa Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA).
Mereka juga disebutnya bertentangan dengan Pancasila.
“Mereka memaksakan kehendaknya sendiri; tidak ada dialog, apalagi
demokrasi. Apa yang mereka lakukan, hanyalah kepatuhan yang lahir dari
watak kekuasaan totaliter, dan dijalankan dengan cara-cara totaliter
pula. Bagi mereka, teror dan propaganda adalah jalan kunci tercapainya
kekuasaan,” jelas Megawati,
Syarat mutlak hidupnya ideologi tertutup, menurut Megawati, adalah
lahirnya aturan-aturan hingga dilarangnya pemikiran kritis. Mereka
menghendaki keseragaman dalam berpikir dan bertindak, dengan memaksakan
kehendaknya. Akibatnya, pemahaman terhadap agama dan keyakinan sebagai
bentuk kesosialan pun dihancurkan, bahkan dimusnahkan.
Menurut Presiden Republik Indonesia ke lima itu, para pemimpin yang
menganut ideologi tertutup mempromosikan diri mereka sebagai self para
peramal masa depan. Lanjut Megawati, para penganut ideologi tertutup
kerap meramal kehidupan setelah dunia fana. “Padahal mereka sendiri
tentu belum pernah melihatnya,” Megawati. [aktl]