Sejarawan JJ Rizal Berpesan untuk Jokowi: Busuk di Indonesia tak Bisa Ditutupi dengan Parade & Silaturahmi
[tajukindonesia.net] - Sejarawan JJ Rizal turut mengomentari berbagai agenda Pemerintah dan Presiden Joko Widodo yang belakangan gencar digelar dan dijalankan Presiden Jokowi.
“Bapak gak bisa tutupin busuk di tubuh Indonesia dengan apel, parade, silahturahmi Merah Putih bhineka sebagai minyak wangi, carilah kata dan cara lain,” tegas JJ Rizal di akun Twitter @JJRizal.
Sebelumnya, politisi Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla mencurigai adanya politisasi label “Kebhinnekaan” untuk melegitimasi kepentingan sempit Presiden Joko Widodo.
“Sekarang saya agak-agak curiga dengan label kebhinnekaan. Sebab sudah cenderung dipolitisir untuk melegitimasi kepentingan sempit Jokowi,” tegas Ulil di akun Twitter @ulil.
Ulil beralasan, Pemerintahan Jokowi mengurus kebhinnekaan begitu kepentingan politiknya terancam. “Pemerintah Jokowi ‘gumrégah’ ngurus kebhinnekaan begitu kepentingan politiknya terancam. Di zaman normal, ngga terlalu peduli,” ungkap @ulil.
@ulil juga menulis: “Saya pro-kebhinnekaan. Tapi menganggap yang ndak setuju Ahok anti-kebhinnekaan atau satu barisan dengan FPI, jelas cara berpikir keblinger.”
Senada dengan Ulil, putri Bung Karno, Rachmawati Soekarnoputri juga bersuara keras terkait aksi massa yang mengusung slogan-slogan monolog tentang Pancasila, NKRI, dan ke-Bhinneka-an.
Secara khusus Rachmawati menyinggung soal acara “Nusantara Bersatu” yang digelar di Silang Barat Monumen Nasional (Monas), Jakarta, hari ini (30/11). Rachmawati menilai, aksi semacam “Nusantara Besatu” hanya mimpi kosong.
Pendapat Rachmawati itu berdasarkan tujuan digelarnya aksi. Menurut Rachmawati, aksi massal berbeda dengan aksi massa. Aksi massal adalah pengerahan sekelompok orang untuk tujuan show of force.
Berbeda dengan massa aksi, yaitu dengan kesadaran akan tuntutan subyektif dengan keadaan obyektif, seperti realita kesenjangan sosial antara yang miskin dan kaya, di mana jurang pemisahnya sangat lebar. Yakni, 90% kekayaan alam dikuasai oleh kelompok konglomerat/kapitalis (51%), BUMN (20%), UKM (10%), selebihnya usaha rakyat Marhaen yang masih memiliki alat produksi, sisanya kaum proletar.
“Artinya, Bumi Nusantara dikuasai kaum kapitalis BUKAN RAKYAT, jadi usaha aksi semacam Nusantara Bersatu dan lain lain slogan-slogan monolog tentang Pancasila, NKRI, BHINNEKA hanya fatamorgana hanya mimpi kosong, untuk apa PROKLAMASI INDONESIA MERDEKA? Hanya pembodohan publik dalam bentuk aksi masal insidentil bukan solusi,” tulis Rachmawati di akun Twitter @rsoekarnoputri.
Hari ini (30/11), massa dari berbagai unsur mengikuti acara “Nusantara Bersatu” di Silang Barat Monumen Nasional (Monas) Jakarta, Rabu (30/11). Selain itu, sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) juga dipamerkan dalam acara tersebut.
Acara tersebut digagas oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam rangka memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan. Kegiatan tersebut dihadiri tokoh agama, pelajar, mahasiswa, musisi, pemuda, budayawan, organisasi kemasyarakatan dan komponen bangsa lainnya. [intelijen]