Apa Lagi Motif Jokowi Kalau Bukan Mau Mengadu Tentara dengan Rakyat?
[tajukindonesia.com] - Jika bukan karena mengendus upaya kudeta, tujuan Presiden Joko Widodo mengadakan "safari militer" sepekan terakhir ini masih menjadi pertanyaan besar.
"Apakah negara dalam keadaan state of emergency atau status keadaan darurat?" ujar mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Rachmawati Soekarnoputri, Sabtu (12/11).
Ia menyinggung pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang menyebut safari Jokowi itu sebagai hal wajar yang dilakukan seorang panglima tertinggi. JK menjelaskan bahwa Jokowi hanya ingin menginspeksi kesiapan pasukan.
Namun Rachma mengartikan bahasa JK dari segi ilmu komunikasi politik, yang berarti menyiratkan ada ketakutan presiden akan sinyalemen kudeta sehingga memaksanya melakukan "blusukan ke TNI dan Brimob. Ia ingatkan, sinyal status darurat sudah terdengar beberapa waktu lalu ketika Polri menetapkan status "Siaga 1" di seluruh Indonesia.
Status "Siaga 1" bukan hal aneh di mata putri Bung Karno itu. Ada beberapa penyebabnya. Pertama, tingkat kepercayaan masyarakat sudah goyah. Kemarahan terhadap rezim sudah bersifat akumulatif, terbukti lewat unjuk rasa yang terjadi lebih intensif belakangan ini dengan pesan keadilan dan kembali ke UUD 1945 yang asli.
Penyebab kedua adalah kompleksitas kerusakan terjadi di hampir semua bidang, baik politik, ekonomi, sosial-budaya, hukum, pertahanan dan keamanan.
"Situasi sudah di titik nadir akibat pengingkaran terhadap UUD 1945 dengan amandemen yang menjadikannya konstitusi liberal kapitalistik," tegasnya.
Situasi diperburuk utang negara yang besar dan skandal-skandal mega korupsi yang belum juga selesai hingga sangat membebani rakyat dan negara. Kemudian ada fakta bahwa eksploitasi kapitalis asing terjadi di semua lini.
"Jadi, apakah Jokowi sekarang mau menghadapkan TNI head to head dengan rakyat? Siapa sebenarnya yang menjadi pemecah belah dengan pola devide et impera?" sindir Rachmawati. [rmol]