"Maling-maling saja yang merasa gue enggak santun," Ujar Ahok
[tajukindonesia.com] - Gaya bicara Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) yang ceplas-ceplos kerap menjadi serangan golongan non-Ahok. Ahok kerap dianggap pemimpin tak santun. Pertahana Cagub DKI Jakarta pun meradang. Baginya, hanya maling yang menganggapnya tak santun.
"Kalau kamu bilang aku enggak santun terserah Anda
ngomong. Beragam orang ketemu saya ngajak foto. Itu enggak santun sama siapa?
Maling-maling saja yang merasa gue enggak santun," ujar Ahok di Balai
Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, kemarin.
Bisa jadi, kegeraman Ahok ini lantaran popularitasnya kian
merosot dari sejumlah survei jelang Pilgub DKI Jakarta. Salah satunya hasil
Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang dirilis bulan ini, elektabilitas Ahok
tercatat sebesar 31,4 persen.
Angka tersebut terus turun dibanding hasil survei LSI pada
Maret 2016. Pada Maret 2016, elektabilitas Ahok 59,3 persen, kemudian pada Juli
2016 sebesar 49,1 persen.
Sejurus kemudian, merosotnya popularitas ini menjadi senjata
rival Ahok, untuk 'menyerang'. Misalnya, tim kampanye Anies Baswedan-Sandiaga
Uno. Jagoan koalisi Gerindra dan PKS ini menyebut turunnya popularitas Ahok
karena ulah Ahok sendiri.
"Makin lama menunjukan elektabilitasnya turun ya karena
dirinya sendiri. Sombong, angkuh, tidak mau dikritik, kalah oleh dirinya
sendiri," ujar Sekretaris Tim Kampanye Anies-Sandiaga, Syarif, diposko
pemenangannya, di Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.
Selain itu, menurut Syarif, penggusuran yang dilakukan
Pemprov DKI Jakarta juga menjadi penyebab turunnya elektabilitas Ahok. Syarif
menilai, Ahok tidak bisa melakukan pendekatan dengan warga sehingga semakin
banyak yang tidak menyukai figur mantan Bupati Belitung Timur itu.
Melanjutkan Ahok, bertubinya serangan yang menerpa dirinya,
termasuk ihwal gaya komunikasinya yang menyebabkan merosotnya popularitas,
tidak dihiraukan Ahok.
Ahok bilang, pendapat tersebut sebab tudingan
ketidaksantunan tersebut banyak dilontarkan oleh pihak yang tidak menyukainya.
"Gue juga enggak perlu santun sama orang-orang maling, pengecut dan
rasis," ungkap Ahok berapi-api.
Masih ingat dalam ingatan, salah satu ucapan Ahok yang
menuai kontroversi dan laporan ke polisi yakni terkait penggunaan ayat suci
Alquran dalam surat Al-Maidah ayat 51. Ucapan Ahok tersebut dilaporkan oleh
pengacara Advokasi Cinta Tanah Air (ACTA) ke Bareskrim Polri dan ribuan orang
meneken petisi di change.org.
Menanggapi itu, Ahok meminta persoalan ini tidak dijadikan
polemik. Dia meminta masyarakat bersikap arif dengan melihat video peristiwa
saat dirinya berdialog dengan warga Kepulauan Seribu tersebut secara utuh.
Menanggapi itu, pengamat politik dari Universitas Pelita
Harapan (UPH) Tangerang, Emrus Sihombing menyarankan, Ahok sebaiknya mengangkat
juru bicara agar tidak ceplas-ceplos lagi.
"Sudah mendesak, Ahok membutuhkan tim komunikasi yang
profesional dan handal untuk mendampingi dirinya sebagai Gubernur maupun sebagi
Balon Gubernur," ujar Emrus kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Analisa Emrus, pernyataan Ahok acapkali menimbulkan polemik.
Bahkan tidak jarang menuai reaksi yang sangat kontra di tengah masyarakat.
Contohnya, komentar Ahok yang videonya menjadi viral di
dunia maya, yakni tentang kebebasan warga Jakarta memilih atau tidak memilih
dirinya pada Pilkada Februari 2017 dengan mengaitkan isi kitab suci.
"Wacana yang muncul pun menempatkan pandangan Ahok tersebut sebagai
sesuatu yang serius," katanya.
Baginya, titik lemah Ahok adalah ihwal komunikasi politik.
Menurutnya, jika hal itu tidak segera dibenahi dengan mengangkat juru bicara,
maka komentar kontroversial akan kembali terjadi.
"Memang harus diakui, bahwa tidak ada manusia yang
sempurna, termasuk Ahok sendiri. Namun yang terpenting adalah menyadari
kekurangan tersebut dengan meminta pemikiran dan masukan dari manusia lain,
maka kelemahan tersebut dapat dikelolah dengan baik sehingga kekurangan itu dapat
diatasi," pungkasnya. [rmol]