Diduga Mau 'Nakut-Nakutin' Penyidik, Ahok Menghadap Presiden Sebelum ke Bareskrim
[tajukindonesia.com] - Kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memasuki babak baru. Orang nomor satu di Jakarta tersebut, harus berurusan dengan Bareskrim atas celotehannya dalam mentafsirkan surat Al Maidah ayat 51.
Namun, sebelum memenuhi panggilan korps bhayangkara itu, mantan Bupati Belitung Timur menghadap Presiden terlebih dahulu. Tentu, hal ini menimbulkan beragam persepsi terkait pertemuan tersebut.
Pakar hukum tata negara Margarito Kamis, menyatakan, langkah Ahok menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya untuk menakut-nakuti Bareskrim bahwa dirinya merupakan teman presiden. Karena itu, penegakkan hukum tidak perlu khawatir dengan manuver suami Veronica Tan itu.
"Semua orang memang tahu Ahok teman Jokowi. Tetapi, di mata hukum sama semua. Ingat penyidik harus lebih takut dengan Tuhan, dari pada Jokowi," kata Margarito saat dihubungi di Jakarta, Senin (24/10/2016).
Karena itu, salah besar jika bareskrim ingin periksa Ahok dalam kasus dugaan penistaan Alquran, harus ada izin dari Presiden Jokowi.
Menurut dia, Mahkamah Konstitusi (MK) sudah membatalkan Pasal 36 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemda yang memuat ketentuan pemeriksaan dan penyidikan terhadap pejabat negara yang melakukan tindak kejahatan harus menggunakan izin tertulis dari Presiden.
Oleh karena itu, proses penyelidikan dan penyidikan terhadap kepala daerah yang melakukan tindak pidana kejahatan dapat dijalankan tanpa harus mendapat izin secara tertulis dari presiden. "Ini jelas. Ahok mengada-ada," jelasnya
Margarito menegaskan, jika memang dalam proses pemeriksaan ditemukan dua alat bukti, Bareskrim tidak perlu ragu untuk menetapkan tersangka. "Kalau sudah ditemukan," ungkap dia.
Terkait, KPU DKI akan menetapkan pasangan cagub dan cawagub, menurut Margarito, itu sama sekalai tidak ada kaitannya. "Biar warga Jakarta membuka mata dan telinga siapa Ahok," tegasnya. [hanter]