Festival Permainan Tradisional Di Ramaikan 20 Ribu Pelajar
[tajukindonesia.com] - 20 Ribu lebih pelajar TK hingga SMP bermain di Taman Blambangan. Mereka bermain dengan berbagai permainan tradisional yang saat ini sudah mulai ditinggalkan.
Riuh tawa riang dan semangat terlihat di wajah anak-anak saat mencoba permainan seperti Egrang, Gobak Sodor Engklek, Lompat Karet dan Congklak. Tak hanya itu, mereka juga bermain Jedoran, tembakan dari bambu hingga Jek-jekan.
Mereka berlarian dan mencoba menguasai permainan tradisional di RTH Taman Blambangan, dalam Festival Permainan Anak Tradisional 2016, Sabtu (24/9/2016).
Permainan ini ada yang dilombakan tapi juga ada yang tidak. Merekapun melebur dalam kebersamaan, saling berinteraksi di antara teman sebaya hingga tidak peduli dengan peluh yang bertetesan. Semuanya larut dalam kegembiraan.
Salah satu peserta Festival Permainan Anak tradisional Abdul Gofar (11) siswa kelas 6 SDN 1 Srono mengaku senang bisa ikut bermain di festival ini. Dia ikut bermain Gobak Sodor bersama rekan satu sekolahnya melawan tim dari sekolah lain.
"Seru sekali, biarpun panas tapi seneng bisa main disini sama teman teman," ujarnya.
Pelajar lainnya, Arumaris Maulidia (9) kelas 4 SDN Penganjuran 4 juga terlihat asyik bermain congklak bersama temannya. Sang ibu Nurul Mahfudoh (47) yang ikut mendampingi mengaku senang anaknya mau bermain dakon tersebut. Sebab kalau di rumah, sang putri selalu bermain game di gadget.
"Biasanya kalau pulang sekolah langsung minta tabletnya. Mudah mudahan setelah ini di rumah juga mau bermain seperti ini supaya mengurangi bermain game di tablet," harap Nurul.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan festival ini bukan sekedar ajang untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak. Namun lebih dari itu, dia ingin memberikan ruang dan halaman yang luas taman bermain bagi anak-anak Banyuwangi.
"Setidaknya ada satu hari dimana anak-anak bisa kembali pada permainan masa lalu. Lewat mainan tradisional yang cirinya banyak mengasah kreativitas dan dilakukan secara berkelompok ini, perkembangan otak kiri dan otak kanan anak-anak berusaha diseimbangkan," ujar Anas kepada detikcom.
Selain itu, permainan tradisional juga menumbuhkan kebersamaan dalam keluarga. Untuk membuat mainan tradisional ini, seperti Engrang contohnya, dapat dipastikan membutuhkan bantuan orang tua atau saudara. Berbeda dengan game moderen, yang kata Anas cukup dimainkan seorang diri.
"Membuat egrang, jedoran itu cukup susah lho, si anak pasti akan meminta tolong orang tuanya untuk bersama-sama mengerjakan. Ini akan menimbulkan dialog intim antara orang tua dan anak. Mereka bisa asyik beraktivitas bersama," terang Anas.
(fat/fat) [dtk]