Taufiqulhadi : Salahuddin Al Ayubi Jadikan Maulid untuk Kobarkan Perjuangan Islam
[tajukindonesia.id] - Anggota DPR RI T. Taufiqulhadi mengajak generasi muda untuk meneladani perjuangan Salahuddin Al Ayubi, seorang panglima di Mesir. Al Ayubi, kata Taufuqulhadi, telah berhasil menjadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai spirit untuk menggelorakan perjuangan Islam.
“Salahuddin Al Ayubi yang kali pertama melaksanakan peringataan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 1174, menyusul diangkatnya Salahuddin Al-Ayubi sebagai seorang panglima di Mesir, menggantikan pamannya,” ujar tegas Taufiqulhadi di depan para siswa dan guru dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di MAN 13 Jakarta, kawasan Lenteng Agung, Kamis (11/1/2017).
Taufiqulhadi merupakan Ketua Komite Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13 Jakarta yang dikepalai Drs. Nuroto, MSI. Kepada para siswa, Taufiqulhadi mengajak agar mereka tidak terlibat dalam polemik mengenai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sebab. Lanjut politisi Partai Nasdem ini, peringatan Maulid merupakan wujud penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan bisa menjadi momentum untuk mengikuti keteladanannya.
Tafiqulhadi menegaskan, Salahuddin Al Ayubi setelah menjadi panglima di Mesir, enam bulan kemudian ia menyatukan Mesir dan Suriah dalam satu tangan. Hal itu terjadi menyusul meninggalnya penguasa Suriah dan Tikrit saat itu, Sultan Nuruddin. “Sultan Nurudadin inilah yang menugaskan Sirkuh menaklukkan Mesir dan kemudian mengangkat Al Ayubi sebagai pengganti Sirkuh,” urai Taufiqulhadi.
Setelah menyatukan Mesir dan Suriah pada 1174, Al Ayubi segera menoleh ke Jerusalem, tempat berkuasa Kerajaan Kristen Latin, yang dipimpin wangsa Bouilion. Wangsa ini, pada 1089 menaklukkan Jerusalem dan mendirikan kerajaan Kristen Latin setelah perang Salib pertama. Dua puluh tahun kemudian berlangsung perang Salib kedua. Tapi kedua-duanya dimenangkan pasukan Salib.
“Al Ayubi tidak mau mengulangi dua kegagalan sebelumnya, segera memobilisi kekuatan Islam. Ia menyerukan kepada semua kaum Islam untuk membebaskan Jerusalem. Tapi ketika, ia melihat respon tidak meluas, Sultan Al Ayubi mencari cara. Maka timbullah ide sultan tersebut untuk mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW,” papar Taufiqulhadi.
Taufiqulhadi menegaskan, Salahuddin Al Ayubi dan para ulama yang diminta untuk membantunya, menjadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad untuk menggelorakan semangat Islam. Dan dalam sejarah kemudian tercarat, pasukan Islam yang dipimpin Al Ayubi, berhasil merebut kembali Jerusalem.
Dengan demikian, Al Ayubi berhasil menjadikan sarana Maulid untuk menggelorakan spirit Islam. Al Ayubi berhasil menggunakan sarana Maulid untuk membesarkan Islam secara fisik dan etos. Yang berujung pada kekalahan tentara Eropa yang dipimpin oleh Raja Richard dari Inggris.
“Dari situ, kita lihat Maulid itu bukan masalah syariah atau ibadah. Maulid hanya sarana. Jangnlah Maulid dikaitkan dengan bid'ah seakan akan Maulid itu adalah bagian ibadah. Itu sangat tidak tepat. Maulid itu hanya sarana syiar Islam saja,” pungkas Taufiqulhadi.
Sementara itu, Kepala MAN 13 Jakarta Drs. Nuroto M,Si menegaskan, peringatan Maulid Nabi yang digelar di sekolah yang dipimpinnya harus berdampak positif pada perbaikan akhlak dan prestasi siswa. “Rasulullah ditus untuk menyempurnakan akhlak kita, jadi peringataan Maulid harus kita jadikan momen untuk perbaikan akhlak,” ujar Nuroto dalam sambutannya.[ts]
Setelah menyatukan Mesir dan Suriah pada 1174, Al Ayubi segera menoleh ke Jerusalem, tempat berkuasa Kerajaan Kristen Latin, yang dipimpin wangsa Bouilion. Wangsa ini, pada 1089 menaklukkan Jerusalem dan mendirikan kerajaan Kristen Latin setelah perang Salib pertama. Dua puluh tahun kemudian berlangsung perang Salib kedua. Tapi kedua-duanya dimenangkan pasukan Salib.
“Al Ayubi tidak mau mengulangi dua kegagalan sebelumnya, segera memobilisi kekuatan Islam. Ia menyerukan kepada semua kaum Islam untuk membebaskan Jerusalem. Tapi ketika, ia melihat respon tidak meluas, Sultan Al Ayubi mencari cara. Maka timbullah ide sultan tersebut untuk mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW,” papar Taufiqulhadi.
Taufiqulhadi menegaskan, Salahuddin Al Ayubi dan para ulama yang diminta untuk membantunya, menjadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad untuk menggelorakan semangat Islam. Dan dalam sejarah kemudian tercarat, pasukan Islam yang dipimpin Al Ayubi, berhasil merebut kembali Jerusalem.
Dengan demikian, Al Ayubi berhasil menjadikan sarana Maulid untuk menggelorakan spirit Islam. Al Ayubi berhasil menggunakan sarana Maulid untuk membesarkan Islam secara fisik dan etos. Yang berujung pada kekalahan tentara Eropa yang dipimpin oleh Raja Richard dari Inggris.
“Dari situ, kita lihat Maulid itu bukan masalah syariah atau ibadah. Maulid hanya sarana. Jangnlah Maulid dikaitkan dengan bid'ah seakan akan Maulid itu adalah bagian ibadah. Itu sangat tidak tepat. Maulid itu hanya sarana syiar Islam saja,” pungkas Taufiqulhadi.
Sementara itu, Kepala MAN 13 Jakarta Drs. Nuroto M,Si menegaskan, peringatan Maulid Nabi yang digelar di sekolah yang dipimpinnya harus berdampak positif pada perbaikan akhlak dan prestasi siswa. “Rasulullah ditus untuk menyempurnakan akhlak kita, jadi peringataan Maulid harus kita jadikan momen untuk perbaikan akhlak,” ujar Nuroto dalam sambutannya.[ts]