KH Lutfi Bashori: “Saya Mengajak Pengurus PPP Tobat Politik”
KH Lutfi Bashori: “Saya Mengajak Pengurus PPP Tobat Politik”
[tajuk-indonesia.com] - AWAL minggu lalu, tepatnya Kamis, 16 November 2017 kemarin, Pengasuh Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami Singosari Malang, KH. Luthfi Bashori (52) bertemu secara tidak sengaja dengan Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muchammad Romahurmuziy.
Pertemuan tak terencana berbuah berkah, sebuah dialog dan pesan-pesan cinta dari seorang kiai Nahdhatul Ulama (NU) kepada PPP, salah satu partai Islam yang memiliki sejarah cukup kuat dengan NU.
Sebagaimana diketahui, PPP didirikan tanggal 5 Januari 1973, hasil fusi politik 4 partai Islam (Partai Nadhlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam (Perti) menjadi PPP, dan memprokamirkan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam” dengan logo Ka’bah.
Sayangnya, 44 tahun perjalan PPP justru dirasakan menjauh jadi ‘rumah umat Islam’. Kepada cucu Menteri Agama ketujuh RI KH M. Wahib Wahab ini, Kiai Luthfi Bashori, yang tak lain putra sesepuh NU Jawa Timur Kiai Bashori Alwi, memberikan nasehat penting terkait langkah-langkah PPP yang dinilai sudah terlalu jauh ‘salah jalan’.
Ketua Umum Pesantren Ilmu al-Quran (PIQ) Singosari Malang dan Ketua Komisi Hukum dan Fatwa MUI Kabupaten Malang ini memberi masukan-masukan penting atas sikap PPP yang dinilai sudah jauh dari gari perjuangan partai Islam. Bahkan keresahan umat Islam ketika partai berlogo Ka’bah ini terang-terangan mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang banyak melukai perasaan umat Islam.
“Saya mengajak kepada para pengurus harian PPP agar bertobat politik dan sikap keagamaan,” ujar alumni Ma`had as-Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Makkah al-Mukarramah (1983-1991) ini. Apa maksudnya? Inilah petikan wawancaranya;
Bagaimana awalnya Anda bisa bertemu dengan Mas Romi?
Saya kebetulan ada pertemuan dengan teman dan masyarakat Muslim di sebuah penginapan di Sukabumi. Rupanya Mas Romi (Romahurmuziy, red) juga di situ. Entah bagaimana ceritanya, ada orang-orang PPP izin nimbrung ngobrol ngajak beliau. Ya silahkan saja.
Apa Anda telah mengenal Mas Romi sebelumnya?
Saya baru kenal Mas Romi (Muchammad Romahurmuziy, red) ya baru saat itu, sebelumnya hanya mengenal namanya di koran.
Jam berapa pertemuannya kala itu?
Saya ketemu Mas Romi di Sukabumi Jawa Barat. Sekitar jam 08.30 sampai jam 10.00 (sekitar 1,5 jam)
Siapa saja yang hadir kala itu?
Saya, Mas Romi dan beberapa kawan. Ada habaib dan Kiai dari Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mas Romi juga ditemani oleh beberapa aktifis PPP
Apa yang Pak Kiai sampaikan pada dia?
Saya sampaikan tentang kekecewaan umat Islam terhadap keputusan akrobatik PPP tatkala mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Saya mengatakan bahwa umat Islam saat ini sudah pandai membaca situasi politik. Begitu PPP menampakkan pro Ahok dan Pro kekuasaan Megawati, maka umat Islampun mentalaq (cerai) dua PPP.
Umat Islam tidak mudah dirayu dengan kebohongan-kebohongan politik yang dilakukan oleh para politikus PPP, sekalipun mereka tetap menggunakan label Islam seperti lambang Ka’bah dan AD/ART Islam, bahkan dengan seragam kebanggaan berwarna hijau. Namun kenyataannya mendukung kebijakan dan cagub PDIP yang jelas-jelas berbaju merah.
Saya sampaikan juga mayoritas umat Islam saat ini menilai, bahwa PPP adalah Partai Semangka. Kulitnya Hijau, tapi isinya Merah. Logonya bergambar Ka’bah namun kebijakannya sekuler. Jargonnya Bela Islam, prakteknya Bela Musuh Islam.
Sebagaimana diketahui, PPP Kubu Djan Farid dan kubu M Romahurmuziy, berdiri bersama empat partai –PDIP, NasDem, Hanura, dan Golkar—mendukung calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Djarot Saiful Hidayat atau Ahok-Djarot yang akhirnya kalah dengan pasangan Anies-Sandi; 57,95 : 42,05.
Apa jawaban Pak Romi kala itu?
Beliau sempat menjawab tapi terkesan nge-les. “Itu sih hanya sikap politik saja, tapi hati dan niatnya tetap bersama umat Islam,” kira-kira begitu jawabannya kala itu.
Apa pandangan-pandangan lain Pak Romi kala itu?
Dalam perkenalan pertama, Mas Romi berterima kasih diberi kesempatan dapat berbincang dengan beberapa tokoh Islam. Mas Romi dibantu kawannya memberikan alasan langkah politik PPP yang katanya ingin ikut benah-benah negara ini lewat dalam, artinya PPP memilih masuk dalam kumparan pemerintahan yang ada.
Mas Romi juga berargumentasi dengan kondisi dunia ekonomi negara yang harus diselamatkan. Katanya dengan masuk dalam sistem pemerintahan maka akan lebih mudah untuk ikut mengatur negara.
Lantas apa tanggapan Pak Kiai?
Saya mengatakan kepada Mas Romi, saya ingin ikut sumbangsih pemikiran, itupun jika diterima, yaitu saya mengajak kepada para pengurus harian PPP agar ‘Bertobat politik dan Sikap Keagamaan’ .
Saya mengajak agar PPP secara gentle dan terang-terangan hingga diketahui oleh publik, antara lain:
Pertama, bertobat dari berkoalisi dengan partai-partai nasionalis sekuler. Kedua, mencabut dukungan terhadap Ahok, sekalipun agak terlambat, bahkan hendaklah PPP pasang badan membela aktifis muslim yang sedang dikriminalisasi akibat menentang Ahok. Jadi hendaklah PPP berusaha ikut membebaskan para akt
ifis muslim yang terdhalimi serta memberikan perlindungan secara politik terhadap para aktifis dakwah.
Ketiga, mencabut dukungan terhadap pemberlakuan UU Ormas hingga PPP dapat berjalan seirama dengan partai dan ormas lain yang sudah mengumumkan penolakannya terhadap UU Ormas secara resmi demi membela kepentingan umat Islam.
Saya juga mengatakan, pada saat PPP menyatakan dukungannya terhadap Ahok di Pilgub DKI, maka itu ibarat sebuah rumah milik umat Islam yang hampir semua atap gentengnya telah bocor berat, alias semi rusak. Sayangnya sang tuan rumah masih tidak peduli dengan kondisi semacam itu. Bahkan justru ikut melemparkan batu ke atas atap genteng.
Kemudian, pada saat PPP mendukung Perpu Ormas menjadi UU, maka rumah umat Islam itu sejatinya tengah diterjang badai dan angin kencang, hingga rumah tersebut sudah tidak beratap lagi, dan kondisi dalamnya pun sudah porak poranda, jadi sudah tidak bermanfaat lagi bagi umat Islam untuk bernaung di dalamnya. Wajar jika umat Islam telah menjatuhkan talaq 2 kepada PPP.
Apa tidak ada kesempatan dan pilihan lain bagi PPP?
Tentu kesempatan PPP untuk rujuk dan kembali ke pangkuan umat Islam masih sedikit terbuka, namun tinggal satu kesempatan saja, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka umat Islam tidak segan-segan akan menjatuhkan Talaq 3 yang berarti selamat tingga PPP untuk selama-lamanya.
Apa yang Kiai maksud sikap keagamaan?
Hendaklah para pengurus PPP bertobat kepada Allah Subhanahu Wata’ala dari dukungannya terhadap Si Ahok Penista Al-Quran dan mengutuk tindakannya, sekalipun pernyataan ini terlambat, tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Dan hendaklah PPP mencabut kerjasama dan dukungannya terhadap PDIP, yaitu partai yang selama ini ‘alergi’ dengan pelaksanaan Syariat Islam secara legal formal dalam aturan undang-undang negara.
Jika PPP tidak bertobat, maka jangan salahkan jika umat Islam akan terus menggembosi PPP di setiap perkumpulan mereka, karena menilai PPP sebagai partai pengkhianat umat Islam.
Sebenarnya, bagaimana pandangan Pak Kiai dengan PPP saat ini?
Pertama, sejak PPP ada keributan dalam internal mereka (PPP kisruh dan terbaru dua menjadi kubu Djan Faridz dan M. Romahurmuziy), umat Islam di arus bawah menjadi tidak tenang. Apalagi sesungguhnya umat Islam tidak mengenal backround di balik siapa Djan Faridz dan M. Romahurmuziy itu.
Tetapi tidak mengapa, sesungguhnya umat di grass root, saya lihat tidak begitu menutuntut backround keduanya. Yang mereka tuntut cuma satu saja, mengapa seharusnya mewakili aspirasi umat Islam. Lha ini, sudah konflik, kedua-duanya berebut pengaruh Kiai Maimoen Zubeir.
Kedua, jujur, akhir-akhir ini, PPP kurang dekat dengan umat Islam. Mereka hanya datang mencari simpati umat tatkala hendak Pilkada atau Pemilu.
Terbukti, kasus di mana PPP justru memilik musuh umat Islam, yaitu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ini tidak bisa diterima. Itulah yang saya sampaikan ke Mas Romi apa adanya.
Dengan semua langkah PPP selama ini, apa ia masih partai Islam?
Kami lihat faktanya saja. Sampai saat ini PPP masih mengaku partai Islam bahkan menggunakan logo Ka’bah. Jika tidak mau menyebut diri partai Islam, sebaiknya pakai logo Monas (Monumen Nasional) saja.
Seberapa tingkat kepercayaan Anda kepada PPP?
Di mata saya, kepercayaan ini tinggal 20% saja. Tetapi jika PPP kembali pada induknya, Islam, pelan-pelan orang banyak orang akan kembali. Termasuk saya. Jujur saja, saya dan keluarga sudah tidak mau lagi PPP jika ia tidak tobat.
Apakah hal seperti ini hanya Anda sekeluarga?
Perasaan seperti ini dirasakan banyak umat Islam, terutama warga Nahdhatul Ulama (NU). Kalau warga NU yang ‘garis lurus’ dan ‘hati nurani’ dia pasti seperti itu. ‘NU hati nurani’ pasti berlawanan dengan Ahok.
Memang ada NU Garis Lurus dan ‘NU hati nurani’?
Hahaha itu istilah saya sendiri. Saya bahkan sering gunakan istilah ‘NU Metal’ (NU Melu Tahlilan) untuk menyebut orang-orang NU yang hanya ikut tahlilan saja. Secara ubudiyah dia NU, tetapi pilihan politik dia tidak ikut pimpinannya.
Jika kecewa PPP kan warga NU masih ada gantinya, PKB?
Secara politik, PKB tidak jauh dengan PPP. Saya katakana mereka ‘setali tiga uang’. Yang kedua, secara asas, PKB sudah menyatakan bukan partai Islam.
Bagaimana jika Pak Kiai ketemu Djan Farid?