Presiden dari Luar Jawa, Wapres JK: Kira-kira 100 Tahun Lagi, Hahaha…


[tajuk-indonesia.com]         -          Banyak orang bilang untuk menjadi presiden di Indonesia haruslah orang Jawa. Apa benar seperti itu? Wapres Jusuf Kalla mengaku memang sulit bagi orang luar Jawa jadi presiden Indonesia. Dia berkelakar, paling tidak butuh seratus tahun lagi bagi orang non-Jawa untuk bisa jadi presiden.

Guyonan JKdisampaikan saat menerima audiensi dan mengobrol santai bersama 22 finalis lomba Young Economist Stand-up (YES) di Auditorium Kantor Wapres, Jakarta, kemarin. Acara yang dikemas serius santai berjalan hangat. Meski tema yang dibahas bikin mengernyit. Soal perekonomian dan bisnis teknologi para pemula di Indonesia.

Di awal-awal, JK sempat menguji kemampuan 3 orang pemenang lomba YES tentang penggunaan teknologi dalam dunia usaha. Jawaban tiga pemenang ini kurang lebih sama. Intinya, mereka menganggap penting pemanfaatan ekonomi digital untuk penguatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, khususnya dari segi pemasaran.

Mendengar itu, JK mengangguk-ngangguk. Menurut dia, ada tantangan dalam menggabungkan ekonomi dan teknologi. Dia kadang heran melihat bisnis anak muda saat ini. Contohnya Gojek. Bagaimana perusahaan tersebut secara jasa rugi tapi nilai perusahaannya begitu tinggi.

JK kemudian menyampaikan sejumlah cerita tentang bisnis di Indonesa termasuk seluk beluk sektor pariwisata. Ceritanya kebanyakan lucu sehingga bikin para peserta tertawa ringan. Dia misalnya menceritakan bagaimana sektor pariwisata di kampung halamannya, Makassar sulit berkembang karena warga di sana mempunyai kekhasan muka yang nampak sulit tersenyum. Para pengusaha kemudian mengambil strategi mendatangkan pelayan-pelayan dari Bali yang terkenal dengan keramahannya supaya tamu-tamu hotel di Makassar merasa senang saat dilayani.

Di sesi tanya jawab, JK ditanya tentang perjalanan kariernya, mulai dari pengusaha hingga menjadi wapres. Kata JK, setiap kehidupan mengalami naik turun. Meskipun dalam karier yang dijalaninya selalu naik. JK kemudian menceritakan bagaimana kariernya di mahasiswa mulai dari wakil sekretaris senat dan empat tahun kemudian menjadi ketua senat. Kemudian setelah lulus JK merambah dunia bisnis. Diawali menjadi manajer, lalu naik jadi direktur, terus naik menjadi direktur utama dan langsung naik menjadi komisaris utama.

Di pemerintahan, JK mengaku mengawali kariernya sebagai menteri, kemudian menteri koordinator dan terakhir menjadi wapres. Namun, meski kariernya selalu naik, dia juga pernah mengalami kegagalan. Yaitu saat maju sebagai capres di Pilpres 2009. Saat itu, di putaran kedua, JK kalah dari SBY. "Waktu itu saya sedih, tapi tidak shock. Tidak apa-apa. Langsung kita pergi jalan-jalan, kita lupakan," kenangnya.

Meski kalah, JK mengaku bangga juga. Karena jika dipikir-pikir dia satu-satunya orang yang pernah mengikuti Pilpres sebanyak 3 kali. Yaitu pada 2004 saat menjadi cawapres SBY, 2009 saat menjadi capres dan 2014 saat menjadi cawapres Jokowi. "SBY cuma 2 kali, Megawati 2 kali, Prabowo 2 kali. Wiranto 2 kali. Cuma saya 3 kali. Menang dua kali kalah satu kali," katanya sambil tertawa.

Menurut JK, tak mudah bagi seorang luar Jawa untuk menjadi Presiden. Karena, seperti yang sudah disampaikanya di sejumlah kesempatan, demokrasi itu memilih seseorang yang sesuai dengan pemilih itu. Bahkan, kata JK, kondisi ini tidak hanya di Indonesia. Tapi juga di Amerika Serikat yang dianggap sebagai mbahnya demokrasi. Di sana, butuh 174 tahun agar John F Kennedy yang berasal dari Katolik, menjadi presiden. Lalu butuh 240 tahun untuk orang kulit hitam jadi presiden. "Jadi kira-kira kita butuh 100 tahun orang luar Jawa jadi presiden," katanya sambil tertawa.

Pengamat politik dari UIN Prof Andi Faisal Bakti mengatakan, dalam demokrasi suku manapun asal itu WNI berhak mencalonkan diri sebagai presiden. Namun berbicara demokrasi, maka berbicara mayoritas yaitu siapa yang paling banyak dipilih oleh rakyat atau 50 plus satu. "Siapa yang paling banyak itu yang menang," ujarnya. Kebetulan penduduk Indonesia ini lebih dari setengahnya ada di Pulau Jawa. Jadi memang sulit orang luar Jawa jadi presiden. "Karena mayoritas ada di Jawa. Dan itu realita demokrasi," kata Andi.[gel]










Subscribe to receive free email updates: