Panglima TNI Gatot Tantang Pihak Yang Menuduh Dirinya Berpolitik Praktis, Begini Katanya
[tajuk-indonesia.com] - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memang berhasil membuktikan isu yang dilontarkannya, namun apa mau dikata tudingan dia telah berpolitik praktis sudah kadung ramai dibicarakan.
Berikut tanggapan Jenderal Gatot terkait hal itu;
Isu impor senjata ilegal yang Anda lontarkan kini telah menjadai polemik, bagaimana Anda menanggapi itu?
Bung Karno pernah mengingatkan, kalau suatu saat negara-negara di dunia akan iri melihat Indonesia. Menurut Bung Karno kekayaan sumber daya alam Indonesia bisa jadi petaka. Karena beliau sudah melihat bahwa negara kita itu sangat amat kaya. Bayangkan, di khatulistiwa itu kita punya vegetasi sepanjang tahun. Di Eropa ada musim salju, sementara di sini enggak ada. Kalau musim salju kan tumbuhan tidur. Pohon akasia kalau di Indonesia enam tahun bisa dipanen, sementara di Eropa harus 12 tahun. Indonesia itu negara yang kaya akan sumber daya alam, sumber daya energi, dan sumber air. Dalam kondisi seperti ini, pasti orang akan berusaha mempengaruhi untuk bisa memiliki kekayaan itu dengan cara apa pun. Jadi itu semua merupakan bagian dari proxy war.
Jawaban Anda itu bukan kamuflase Anda kan untuk berlindung dari tudingan banyak pihak yang menganggap Anda telah berpolitik?
Saya tidak pernah berpolitik praktis. Politik TNI adalah politik negara. Silakan buktikan kepada saya bahwa saya berpolitik praktis. Saya akan mempertanggungjawabkan itu semuanya. Kalau saya berpolitik, pasti saya akan berpijak pada salah satu partai, dua partai atau tiga partai. TNI itu tidak boleh melakukan politik praktis, karena akan membelah.
Menurut Anda kenapa bisa seperti itu?
Kalau menurut saya kita diadu-adu supaya enggak berkonsentrasi terhadap pembangunan. Ini adalah bentuk yang tadi saya katakan, proxy war. Seharusnya saat ini kita sadar bahwa kita tinggal di negara yang kaya sekali, sedangkan negara lain kekurangan.
Di Arab sana, Irak Suriah, Libya apa yang direbuti? Minyak. Lah kalau minyak habis? Sekarang kan pakai tumbuh-tumbuhan, sawit kan jadi minyak. Adanya di mana? Di sini adanya. Jadi di sini nanti akan jadi kancah perang perebutan minyak, sekaligus makanan dan air. Yang tadinya perang di Arab sana, nanti akan bergeser ke khatulistiwa. Makanya kita harus waspada. Banyak celah untuk merusak bangsa ini.
Lalu bagaimana cara mencegahnya?
Cara menghadapinya ya umat Islam harus bersatu. Selama umat Islam bersatu, enggak akan terjadi. Saya ingatkan, menguasai Indonesia hanya bisa dengan cara mengadu domba. Lihat saja Belanda dulu, dia di Ambon awalnya cuma dengan mengambil pulau kecil, tapi kemudian bisa menguasai semuanya. Ternyata diadu domba. Dia bantu satu kerjaan untuk mengalahkan lawannya dengan imbalan. Tahu-tahu dia miliki semuanya. Inilah yang jangan sampai tanpa kita sadari diadu domba. Kalau kita bisa diadu domba nanti bisa kayak di Suriah, mau nembak lawan teriak…Allahu Akbar. Lalu di kubu sana juga teriak, Allahu Akbar. Apa tega kita? Kemudian malamnya sama-sama salat tahajud minta menang. Ya habis semuanya. Ini kenyataan, kasus seperti itu sudah terjadi. Makanya saya selalu mengingatkan bahwa tugas ulama adalah menuntun umat muslim menjadi mukminim. Kalau mau jadi mukminim apakah dengan cara keras? Dengan cara kasar? Mana mau kan. Maunya dengan bahasa hati kan. Jadi kalau ada ulama yang ngomongnya kasar, ulama bukan? Bukan ulama. Jadi kalau kita datang ke masjid bisa bikin sejuk, damai, masjidnya benar. Tapi kalau datang kita jadi marah masjidnya enggak benar, ulamanya enggak benar. Kalau ulama bikin marah, bukan ulama itu.
Anda kok kesannya jadi berusaha mendekat ke ulama dan organisasi Islam ya?
Saya ini Panglima TNI, dengan umat Islam selalu dekat, dan dengan umat Kristen juga selalu dekat. Karena ada anak buah saya yang beragama Kristen. Sama umat Hindu pun saya harus dekat, karena memimpin enggak bisa semau-maunya kan. Saya memang orang muslim, tapi saya harus tahu kaidah-kaidah agama bawahan saya, sehingga saya bisa menghormati. Contoh, kalau hari raya Nyepi, saya hasus kasih kesempatan anah buah buat libur. Karena saya mayoritas, saya termasuk kalangan yang kuat. Yang kuat melindungi yang kecil itu yang diajari oleh para kiai. Inilah yang sebenarnya harus kita pahami bersama.
Tapi belakangan ini dekatnya condong ke umat Islam?
Karena sejarahnya TNI memang begitu. TNI sadar betul bahwa dulu TNI adalah masyarakat pejuang yang merebut kemerdekaan. Setelah merdeka ada yang pulang masing-masing, tapi ada juga yang tinggal untuk menjaga Badan Keamanan Rakyat (BKR). Nah, BKR kemudian itulah yang jadi TNI sekarang. Jadi tidak bisa dipisahkan, antara TNI dengan umat Islam. Jadi enggak perlu kita bahas lagi.
DPR katanya mau panggil Anda terkait isu senjata dan berpolitik ini?
Silakan saja. Sebagai Panglima TNI, kalau Komisi I panggil, kalau DPR panggil, saya harus patuh. Saya akan hadir dan memberikan penjelasan. Tapi sampai sekarang belum ada panggilan.[gm]