Khutbah Idul Adha di Pondok Gede Dianggap Bermuatan Politis, ini Penjelasan Khatib
[tajuk-indonesia.com] - Isi khutbah salat Idul Adha di Pondok Gede, Jakarta Timur, ramai dibahas di Twitter karena dianggap politis. Sang khatib menegaskan khutbahnya tak memuat hal-hal terkait politik.
“Tidak politis. Saya bersumpah kepada Allah SWT bahwa tidak berisi politik. Maksud saya hanya memberikan peringatan saja supaya semangat untuk negeri ini dan bangsa,” ujar khatib yang bernama Khaidir Sulaiman ini dikutip dari Detik.com Sabtu (2/9/2017).
Dari halaman depan teks, diketahui bahwa khutbah itu disampaikan oleh Khaidir di Masjid Al-Muta’alimin, Pondok Gede, Jakarta Timur. Khaidir mengatakan isi khutbah tak bermaksud menyudutkan salah satu pihak.
“Saya sifatnya dakwah saja, bukan bersifat dengan memburuk-burukkan, tidak. Hanya mengingatkan saja pada kita semua bahwa harapan kita semua negeri ini negeri yang adil dan makmur. Jadi tidak bersifat provokatif, tidak ada niatan untuk memprovokasi,” ucap Khaidir.
Teks khotbah tersebut diunggah oleh pemilik akun Twitter @myusufmusa hari ini, yang sekaligus me-mention Presiden Joko Widodo dan Menag Lukman Hakim Saifuddin. Isi khotbah yang menjadi sorotan adalah soal perbandingan laju pertumbuhan ekonomi pemerintahan SBY dengan Jokowi.
“Iya hanya untuk membandingkan saja, untuk komparasi. Saya kira itu tidak salah. Indeks tahun 2015 saya cek juga di internet. Jadi indeks 2015 mungkin lain dari sekarang, mungkin saja sekarang sudah ada kemajuan,” imbuh Khaidir.
Khotbah itu juga menyinggung soal jumlah ekspor, serapan pendapatan daerah, hingga realisasi anggaran di DKI Jakarta dari zaman Fauzi Bowo (Foke) hingga dipimpin Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Khotbah ini turut menyinggung kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang dinilai telah merugikan masyarakat.
Ada pula pembahasan soal partai Islam di khutbah tersebut. Dalam teks, disebutkan bahwa partai-partai Islam jauh terpuruk dibanding sebelumnya. Khaidir mengatakan sebenarnya khotbah juga menyinggung sejarah Idul Adha. Tema khutbah yang disampaikan Khaidir adalah ‘Generasi Muda Ismail, Bangkitlah!’.
“Yang di akhir kita berharap semua umat Islam di Indonesia ini mengikuti perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai orang yang memberikan contoh berkurban. Jadi membangun generasi Ismail, generasi muda,” tutur Khaidir.
Teks khotbah tersebut diunggah oleh pemilik akun Twitter @myusufmusa pada Jumat (1/9/2017), yang sekaligus me-mention Presiden Joko Widodo dan Menag Lukman Hakim Saifuddin. Isi khotbah yang menjadi sorotan itu soal perbandingan laju pertumbuhan ekonomi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Jokowi. Laju pertumbuhan, dituliskan dalam isi khotbah, menurun dari angka 6,53% (2012) menjadi 5,11% (2015).
Tak hanya secara nasional, khotbah tersebut juga menyinggung soal jumlah ekspor, serapan pendapatan daerah, dan realisasi anggaran di DKI Jakarta dari zaman Fauzi Bowo (Foke) hingga dipimpin Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Salah satu data yang dipaparkan adalah indeks pertumbuhan pembangunan yang menurun dari 6,73% (2011), 6,11% (2013), hingga 5,11% (2015).
Khotbah itu turut menyinggung kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Kebijakan tersebut dinilai telah merugikan masyarakat. Ada pula pembahasan soal partai Islam di khotbah tersebut. Dalam teks, disebutkan bahwa partai-partai Islam jauh terpuruk dibanding sebelumnya. [ngi]
Khotbah itu juga menyinggung soal jumlah ekspor, serapan pendapatan daerah, hingga realisasi anggaran di DKI Jakarta dari zaman Fauzi Bowo (Foke) hingga dipimpin Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Khotbah ini turut menyinggung kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang dinilai telah merugikan masyarakat.
Ada pula pembahasan soal partai Islam di khutbah tersebut. Dalam teks, disebutkan bahwa partai-partai Islam jauh terpuruk dibanding sebelumnya. Khaidir mengatakan sebenarnya khotbah juga menyinggung sejarah Idul Adha. Tema khutbah yang disampaikan Khaidir adalah ‘Generasi Muda Ismail, Bangkitlah!’.
“Yang di akhir kita berharap semua umat Islam di Indonesia ini mengikuti perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai orang yang memberikan contoh berkurban. Jadi membangun generasi Ismail, generasi muda,” tutur Khaidir.
Teks khotbah tersebut diunggah oleh pemilik akun Twitter @myusufmusa pada Jumat (1/9/2017), yang sekaligus me-mention Presiden Joko Widodo dan Menag Lukman Hakim Saifuddin. Isi khotbah yang menjadi sorotan itu soal perbandingan laju pertumbuhan ekonomi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Jokowi. Laju pertumbuhan, dituliskan dalam isi khotbah, menurun dari angka 6,53% (2012) menjadi 5,11% (2015).
Tak hanya secara nasional, khotbah tersebut juga menyinggung soal jumlah ekspor, serapan pendapatan daerah, dan realisasi anggaran di DKI Jakarta dari zaman Fauzi Bowo (Foke) hingga dipimpin Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Salah satu data yang dipaparkan adalah indeks pertumbuhan pembangunan yang menurun dari 6,73% (2011), 6,11% (2013), hingga 5,11% (2015).
Khotbah itu turut menyinggung kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Kebijakan tersebut dinilai telah merugikan masyarakat. Ada pula pembahasan soal partai Islam di khotbah tersebut. Dalam teks, disebutkan bahwa partai-partai Islam jauh terpuruk dibanding sebelumnya. [ngi]