Sindir Jokowi, Megawati: Masih Impor Garam sampai Gula, Kita Memihak Siapa?
[tajuk-indonesia.com] - Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri kecewa dengan kebijakan impor. Ia mengatakan tak masuk akal bila saat ini kebutuhan pokok, seperti gula dan garam, menjadi masalah. Padahal Indonesia diketahui mempunyai garis pantai yang sangat panjang. Pernyataan Mega tersebut sebenarnya tanpa disadari menyindir Presiden Jokowi.
“Contoh beras, kan itu selalu ada masalah seperti sekarang. Kebutuhan pokok masyarakat, beras, gula, sampai garam, sekarang jadi problem, jelas nggak masuk akal kalau lihat panjang garis pantai kita,” kata Mega di Auditorium Utama LIPI lantai 2, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2017), dilansir detik.com.
Menurut Mega, masalah tersebut berasal dari keberpihakan saja. Kalau masyarakat dan pemerintah gotong royong dalam membangun ekonomi, persoalan di atas akan segera diselesaikan.
“Keberpihakan kita itu sebenarnya ke mana? Hanya mau ambil untung dari sisi impor? Boleh, tapi kan belum tentu semua orang setuju. Terakhir itu gotong royong, artinya kalau kita mau kerja sama mereka dari yang ekonomi berkecukupan sampai ekonominya kurang untuk dibangun keberdayaannya, menurut saya, itu sangat memungkinkan karena Indonesia itu kaya,” tuturnya.
Mega lantas menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan pemimpin-pemimpin dunia. Dia selalu mengatakan Indonesia mempunyai potensi yang berlimpah, namun kekurangannya adalah masih minim dalam hal pengelolaan.
“Kita seharusnya di mana-mana saya selalu katakan saat bertemu tokoh dunia ketika mereka nanya Indonesia gimana, saya biasanya nyuruh protokol saya, kalau mau tanya Indonesia punya apa, tolong di balik Indonesia yang nggak punya apa biar saya dapat katakan Indonesia itu belum punya apa. Yang belum punya ada cara mengelolanya,” ucapnya.
Imbas kurangnya pengelolaan sumber daya alam itu adalah beberapa kebutuhan pokok terpaksa diimpor. Padahal dari sisi potensi, Indonesia mempunyai segalanya.
“Saya lihat tidak komprehensifnya mengelola keekonomian kita ini, perlukah kita mengimpor? Saya berbicara membumi saja, saya bukannya anti-impor, tapi kalau dari sisi raw material-nya sampai dibuat seharusnya kita bisa, lalu apa gunanya kita impor,” cetusnya. [gemar]
“Keberpihakan kita itu sebenarnya ke mana? Hanya mau ambil untung dari sisi impor? Boleh, tapi kan belum tentu semua orang setuju. Terakhir itu gotong royong, artinya kalau kita mau kerja sama mereka dari yang ekonomi berkecukupan sampai ekonominya kurang untuk dibangun keberdayaannya, menurut saya, itu sangat memungkinkan karena Indonesia itu kaya,” tuturnya.
Mega lantas menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan pemimpin-pemimpin dunia. Dia selalu mengatakan Indonesia mempunyai potensi yang berlimpah, namun kekurangannya adalah masih minim dalam hal pengelolaan.
“Kita seharusnya di mana-mana saya selalu katakan saat bertemu tokoh dunia ketika mereka nanya Indonesia gimana, saya biasanya nyuruh protokol saya, kalau mau tanya Indonesia punya apa, tolong di balik Indonesia yang nggak punya apa biar saya dapat katakan Indonesia itu belum punya apa. Yang belum punya ada cara mengelolanya,” ucapnya.
Imbas kurangnya pengelolaan sumber daya alam itu adalah beberapa kebutuhan pokok terpaksa diimpor. Padahal dari sisi potensi, Indonesia mempunyai segalanya.
“Saya lihat tidak komprehensifnya mengelola keekonomian kita ini, perlukah kita mengimpor? Saya berbicara membumi saja, saya bukannya anti-impor, tapi kalau dari sisi raw material-nya sampai dibuat seharusnya kita bisa, lalu apa gunanya kita impor,” cetusnya. [gemar]