“Salah Sikapi Ujaran Kebencian, Jokowi Khawatir Kekuatan Sosmed di Pilpres 2019”


[tajuk-indonesia.com]        -        Jika pihak kepolisian dinilai tidak adil dalam menangani masalah ujaran kebencian, perlawanan terhadap penguasa di media sosial justru akan semakin menguat.
Perkiraan itu disampaikan pengamat politik Ahmad Yazid kepada intelijen (28/08). "Kalau diberlakukan tidak adil, yakni dengan memenjarakan satu pihak saja, maka perlawanan di medsod akan semakin massif dan kuat," kata Yazid.

Menurut Yazid, sudah menjadi kelaziman, jika kelompok atau pihak diperlakukan tidak adil, maka akan melakukan perlawanan.

Yazid menilai, penguasa telah salah menyikapi masalah ujaran kebencian. “Pendukung yang melakukan ujaran kebencian dilindungi, sedangkan yang antipenguasa ditangkapi dengan tuduhan macam-macam," papar Yazid.

Tak hanya itu, Yazid menduga, Joko Widodo sangat mencermati medsos karena merasa kecolongan saat jutaan massa di Jakarta meminta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dipenjara dalam kasus penistaan agama. "Itu berkat kuatnya medsos, dan ini yang dikhawatirkan Jokowi di Pilpres 2019," jelas Yazid.

Di 2019, kata Yazid, banyak pemilih generasi milenial yang sudah terbiasa dengan smartphone dan medsos. "Walaupun pembagian sembako di Pilpres 2019 masih efektif, tetapi penggiringan opini di medsos sangat berpengaruh di Pilpres 2019 terutama untuk generasi milenial," pungkas Yazid.  [ito]













Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :