Jika Toleransi Dijadikan Alat Politik, Perbedaan Sikap pun Dituding Intoleran


[tajuk-indonesia.com]          -          Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengkritik keras taktik politik dengan cara menuding pihak lain hanya karena perbedaan sikap dalam sebuah kebijakan.

Taktik tersebut, katanya, tampak seperti taktik politik rente yang menghalalkan segala cara dan mengabaikan kepentingan bersama. Bahkan hal tersebut telah merusak rekatan sosial yang sudah terbangun.

Hal itu diungkapkan Dahnil berdasarkan tudingan Ketua Fraksi Nasdem di DPR, Victor B Laiskodat.

Ketika berpidato politik di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (1/8/2017), Victor menuding empat partai penolak Perppu Ormas, yaitu PAN, PKS, Gerindra, dan Demokrat bersikap intoleran dan berniat menegakkan khilafah.
“Toleransi dijadikan alat politik. Orang yang tidak setuju dan berbeda sikap politik distigmatisasi sebagai kelompok intoleran,” kata Dahnil dalam keterangan resminya kepada Kriminalitas.com, di Jakarta, Selasa (8/8/2017).

Demikian juga sebaliknya, ada sebagian yang menggunakan agama sebagai alat politik, bukan untuk meninggikan etika.

“Narasi-narasi intoleran dan miskin etika itu lahir dari isi kepala politisi yang menghalalkan segala cara untuk menang dan berkuasa, makna toleransi dimonopoli sesukanya sesuai kepentingan politiknya,” lanjutnya.

Karena itu, Dahnil mengajak untuk menghentikan taktik politik seperti itu. Dia mengajak politisi menghadirkan toleransi yang otentik, toleransi yang melahirkan dialog dan saling menghormati secara tulus.

“Bukan basa-basi politik, maka yang harus dihadirkan adalah perilaku meninggikan akhlak atau etika politik. Stop menghalalkan segala cara untuk menegasikan lawan politik,” lanjutnya.

Menurutnya, politik yang menghalalkan segala cara tentu melahirkan perilaku politisi yang minus etika dan akhlak.[krm]










Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :