Demo Santri ‘Bunuh Menteri’, Polisi Harus Turun Tangan
[tajuk-indonesia.com] - Beredarnya video demo santri ‘Bunuh Menteri’ menolak Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah sangat kalangan legislator di senayan.
Dalam video 1 menit 3 detik itu, sejumlah santri yang masih usia anak-anak berjoget-joget dan meneriakkan ‘bunuh, bunuh, bunuh menteri’ sembari mengibarkan bendera NU.
Reaksi legislator itu salah satunya datang dari anggota Komisi X DPR RI Dadang Rusdiana.
Dalam pandangannya, unjuk rasa atau penyampaian pendapat di muka umum sudah seharusnya dapat dilakukan dengan santun.
Pasalnya, mengemukakan pendapat di muka umum disebutnya juga ada etikanya.
“Tidak mengeluarkan kata-kata kotor apalagi ujaran-ujaran kebencian. Masa berteriak Allahu Akbar lalu berteriak bunuh menterinya. Kan aneh banget,” ujarnya, Senin (14/8).
Untuk itu, politisi Hanura ini pun meminta aparat kepolisian turun tangan dan segera menelusuri siapa dalang di balik demo santri tersebut.
“Saya pikir tak boleh membiarkan cara berunjuk rasa dengan gaya ancam mengancam seperti itu,” tegasnya.
Dalam pandangannya, kebijakan balajar lima hari sejatinya sama sekali tak menggusur Madrasah Diniyah.
Bahkan, ia juga menuebut menyebut bahwa kebijakan yang dibuat Mendikbud Muhadjir Effendy itu sama sekali tak mengganggu keberadaannya.
“Menteri berkali menjelaskan seperti itu, ini kan hanya kesalahpahaman. Sebab tidak memahami secara utuh konsep 5 hari belajar dan anehnya kok Istilah FDS yang dikedepankan, tidak ada itu FDS,”
“Lebih baik gunakan dialog dengan akal sehat, bukan provokatif, apalagi ancam-mengancam seperti itu,” pungkasnya.
[psi]
Untuk itu, politisi Hanura ini pun meminta aparat kepolisian turun tangan dan segera menelusuri siapa dalang di balik demo santri tersebut.
“Saya pikir tak boleh membiarkan cara berunjuk rasa dengan gaya ancam mengancam seperti itu,” tegasnya.
Dalam pandangannya, kebijakan balajar lima hari sejatinya sama sekali tak menggusur Madrasah Diniyah.
Bahkan, ia juga menuebut menyebut bahwa kebijakan yang dibuat Mendikbud Muhadjir Effendy itu sama sekali tak mengganggu keberadaannya.
“Menteri berkali menjelaskan seperti itu, ini kan hanya kesalahpahaman. Sebab tidak memahami secara utuh konsep 5 hari belajar dan anehnya kok Istilah FDS yang dikedepankan, tidak ada itu FDS,”
“Lebih baik gunakan dialog dengan akal sehat, bukan provokatif, apalagi ancam-mengancam seperti itu,” pungkasnya.
[psi]