Pencapresan Jokowi di 2019 Diprediksi Gagal! Mengapa?


[tajuk-indonesia.com]      -      Setelah DPR RI menetapkan syarat ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold/PT) dalam sidang paripurna DPR tentang UU Pemilu, peluang Joko Widodo untuk mencalonkan diri kembali sebagai calon presiden justru semakin melemah.

Prediksi itu disampaikan Pimpinan Komisi Rumah Amanah Rakyat, Ferdinand Hutahaean (25/07). “Justru Jokowi sebagai incumbent atau petahana, mengecilkan peluang untuk dirinya, bahkan berpotensi menutup peluangnya sebagai calon presiden tahun 2019," tegas mantan Relawan Jokowi ini.

Menurut Ferdinand, syarat bagi Jokowi semakin berat untuk tetap bisa maju dengan peluang menang 2019 jika kinerjanya terus anjlok. Di mana perekonomian memburuk, proyek-proyek Pemerintahan Jokowi mangkrak, penegakan hukum tidak jelas, dan politik gaduh.

"Kira-kira partai politik mana yang akan nekat bunuh diri mencalonkan seorang calon presiden dengan elektabilitas rendah dan acceptabilitas di tengah publik hancur?" tanya Ferdinand.

Ferdinand mengingatkan, tidak akan ada parpol yang mempunyai kemandirian mencalonkan kembali Jokowi, setelah melihat fakta kinerja sebagai presiden semakin buruk. “Kecuali partai politik yang tidak punya kemandirian dalam berpolitik, atau partai politik yang tersandera banyak masalah atau kasus,” tegas Ferdinand.

Dari sisi elektabilitas, Ferdinand menyebut hasil survei sejumlah lembaga, elektabilitas Jokowi merosot dalam waktu singkat atau dua tahun memerintah. “Tercatat angka elektabilitas Jokowi bertengger di angka 30 an persen terjun bebas dari persentase perolehan suara saat pilpres 2014 lalu yang dimenangi Jokowi sebesar 53,15%. Hanya dalam 3 tahun elektabilitas tersebut tergerus 20% lebih," beber  Ferdinand.
Bahkan, Ferdinand memperkirakan elektabilitas Jokowi hanya akan tersisa di angka 15 % di akhir 2018. “Bila melihat kondisi bangsa saat ini, dan melihat kinerja pemerintah yang tak kunjung mampu mengelola negara, elektabilitas Jokowi akan terus terjun bebas dan mungkin hanya akan tersisa di angka 15% an akhir tahun 2018,” tegas Ferdinand. 

Sejumlah alasan sangat mempengaruhi elektabilitas Jokowi. "Ekonomi tidak kunjung membaik. Sementara rakyat harus menanggung operasional pencitraan pemerintah dengan memunguti pajak secara serampangan dan mencabuti subsidi untuk rakyat. Semua anggaran dialihkan untuk infrastruktur yang entah di mana dan kapan selesainya, karena hingga memasuki tahun ke-3 Jokowi masih sibuk dengan peresmian proyek peninggalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” jelas Ferdinand.

Selain mengutip data lembaga survei, Ferdinand juga memaparkan hasil survei terbatas yang dilakukan netizen. “Dari berbagai polling yamg dilakukan oleh netizen, juga menunjukkan betapa hancurnya elektabilitas Jokowi saat ini. Bahkan ada netizen yang sedikit aneh membuat polling Jokowi dihadapkan dengan kotak kosong, Jokowi kalah dengan angka yang sangat jauh,” beber Ferdinand. 

"Ada juga polling yang menempatkan Jokowi berpasangan dengan tokoh-tokoh yang namanya sedang naik daun seperti Gatot Nurmantyo, dan Tuan Guru Bajang, semua hasilnya menempatkan Jokowi kalah dengan persentase yang cukup jauh selisihnya. Tentu ini indikator bahwa Jokowi terancam 2019 nanti," pungkas Ferdinand.  [ito]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :