Paling Cepat, Pergantian Kapolri Diprediksi Tahun 2019


[tajuk-indonesia.com]          -          Satu tahun masa jabatan Kapolri masih terlalu singkat dijalani oleh Jenderal Tito Karnavian.

Indonesian Police Watch (IPW) menilai, sangat mustahil jika Tito disebut-sebut akan segera diganti.

"Pergantian Kapolri sekarang ini tidak mungkin terjadi. Paling cepat pergantian terjadi bersamaan penyusunan kabinet baru dalam pemerintahan baru hasil Pilpres 2019," papar Ketua Presidum IPW, Neta S Pane kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (15/7).

Menurut Neta, terpilihnya Tito sebagai Kapolri merupakan suatu hal yang fantastis. Peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik) Akpol 1987 itu melangkahi lima angkatan seniornya untuk duduk di kursi Tribrata 1.

"Sehingga sangat sulit untuk menganalisa bahwa Tito akan meninggalkan posisi Kapolri. Sulit juga untuk memprediksi, jika sekarang ini ditanya siapa saja yg berpeluang menjadi pengganti Tito," terang Neta.

Jika bicara masa depan organisasi Polri, lanjutnya, masa jabatan Tito hingga 2022 sangat tepat. Dengan waktu yang panjang Tito dapat membenahi internal Polri secara signifikan.

Selain itu, Tito dianggap mampu meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk profesionalitas Polri. Sehingga penggantinya nanti, hanya tinggal meneruskan. Namun, tetap ada kendala jika mantan Kadensus 88 Antiteror itu menjabat Kapolri selama enam tahun.
"Masalahnya, jika Tito menjabat hingga tahun 2022, mungkin akan terjadi kejenuhan bagi pribadi Tito," tutur Neta.

Terkait potensi Tito pensiun dini, Neta mengaku tidak berani berspekulasi. Secara gamblang, Neta menegaskan tidak percaya jika Tito akan diganti dalam waktu dekat.

"Jadi IPW tidak mau berandai-andai soal posisi Kapolri. Sebab IPW tidak percaya Tito akan diganti dalam waktu dekat. Kecuali Presiden meminta Tito masuk ke dalam kabinet," pungkasnya.

Sebelumnya, Tito menyampaikan keinginannya untuk pensiun dini usai mengikuti HUT Bhayangkara di Monas, Jakarta Pusat, Senin (10/7) lalu. Menurutnya, menjabat Kapolri selama enam periode hingga tahun 2022 tidak baik bagi organisasi dan pribadinya.

"Saya sampaikan. Kalau saya boleh pilih, saya tidak ingin selesai sampai tahun 2022. Kenapa? Terlalu lama, tidak baik bagi organisasi, tidak baik bagi saya sendiri. Bayangin, saya jadi Kapolri enam tahun, anggota organisasi bosen," tutur mantan Kapolda Metro Jaya itu.

Menjabat Kapolri, kata Tito, memicu tingkat stres yang tinggi (stressfull). Sehingga, pilihan untuk pensiun dini merupakan langkah tepat bagi dirinya untuk meluangkan lebih banyak waktu bersama keluarga.

"Saya katakan, jadi Kapolri itu penuh dengan kehidupan stressfull. Banyak persoalan-persoalan. Nah, saya juga punya hak menikmati hidup bersama keluarga dalam kehidupan less stress full," tutur jenderal asal Palembang itu.

Meski berkeinginan untuk pensiun dini, Tito mengaku tidak tertarik untuk terjun ke dunia politik. Dirinya bahkan, sudah menyiapkan aktivitas jika nanti memutuskan pensiun dini dari Korps Bhayangkara.[pm]











Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :