Makin Banyak Saja Oknum Polri Bunuh Diri, Netizen: Kurang Iman tu
[tajuk-indonesia.com] - Percobaan bunuh diri yang dilakukan anggota Polres Kupang Kota Aiptu Fransisco de Araujo membuat keprihatinan masyarakat dunia maya. Aksi yang dilakukan Fransisco menambah panjang daftar oknum polisi yang bunuh diri.
Hingga kemarin, kondisi Aiptu Fransiscu masih kritis akibat pendarahan hebat di kepalanya. Kepala RS Bhayangkara Kupang Kompol dr Marthinus Ginting mengatakan, kondisi luka tembak persis di atas telinga kanan menembus ke kepala bagian belakang.
Kapolres Kupang Kota AKBP Anthon Chriestianto Nugroho mengatakan, Aiptu Francisco adalah anggota yang baik dan taat melaksanakan tugas. Araujo, panggilan akrabnya berdinas sebagai Pelaksana Kepala Unit Pengamanan Objek Vital (Pamobvit) Satuan Shabara Polres Kupang Kota.
"Saya pastikan yang bersangkutan tidak punya masalah kedinasan sebagai anggota Polri di Polres Kupang Kota," kata Kapolres Anthon.
Senjata api yang digunakan untuk menembak kepala Aiptu Fransisco ditemukan di lantai, berjenis revolver. Terhadap kepemilikan senjata, Kapolres Anthon mengaku yang bersangkutan memang layak memegang senjata jenis revolver. Sementara dari sisi fisik dan mental, dia juga layak memegang senjata berlaras pendek itu.
Sekadar informasi, insiden tewasnya polisi karena aksi bunuh diri cukup mengkhawatirkan jumlahnya. Jika menengok perbandingan antara 2015 dengan 2016, jumlah anggota Polri yang bunuh diri menunjukkan tren peningkatan dua kali lipat. Dari 6 kasus pada 2015 melonjak menjadi 13 kasus bunuh diri di tahun 2016.
Terbaru terjadi sekitar dua bulan yang lalu. Kasus yang lebih kurang sama dengan Aiptu Fransisco terjadi di Donggala Sulawesi Tengah. Yaitu Ipda Zasmi Diaz, salah seorang anggota Satgas Tinombala. Dia juga ditemukan tewas dalam kondisi luka tembak di kepala.
Kasus yang sama juga terjadi di bulan Mei lalu, anggota Brimob Kompi I Batalyon A Resimen III, Kedaung Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) ditemukan tewas di garasi mobil Asrama Brimob Kedaung (15/5). Korban bernama Bripka Teguh Dwiyatno ini diduga tewas lantaran bunuh diri dengan luka tembak di bagian kepala.
Bripka Teguh Dwiyatno merupakan anggota Brimob bagian logistik yang berwenang menangani latihan-latihan penembakan di Brimob Kedaung. Salah satu latihan menembak yang ditangani Bripka Teguh adalah latihan yang diduga mengakibatkan rumah Ketua Fraksi PKS di DPR Jazuli Juwani tertembak pada Rabu 3 Mei 2017.
Rumah Jazuli berada sekira 250 meter dari lapangan tempat latihan menembak tersebut. Akibat kejadian itu, Bripka Teguh pun diperiksa. Tak heran muncul dugaan, penyebabnya bunuh diri karena tertekan dengan pemeriksaan tersebut.
Netizen di forum kaskus mengaku bingung melihat fenomena bunuh diri yang kian marak terjadi di institusi kepolisian. Sebagian di antara mereka juga curiga dan menduga-duga ada hal yang tidak beres dalam menjalani profesi itu. "Kok sampe bunuh diri yak... Ngga pernah curhat sih," trit akun uchianx.
"Wih, baca berita ini gw jadi sadar ternyata emang bener hidup jadi polisi di Indonesia berat banget. Gaji kecil, tuntutan banyak, rumah tangga repot. Tapi kalo mau trus berusaha pasti bisa sukses lah!!," timpal akun Christiant147.
"Waduh gan... Kasian mungkin dikarenkan maslah ekonomi yang membuat mereka stress dan pengen bunuh diri gan..... Ckckck... Sedih ane ngeliatnya gan.... ," keluh akun magnamorphosis.
"Kasihan juga PakPol stress, sudah mikir jatah setoran sama komand. Juga mikirin bagi setoran buat rumah tangganya. Pindahan haluan aja ke pengusaha bagi yang mau sukses," saran akun Chaotia.
Namun, akun bangsu tidak sependapat jika kasus bunuh diri di lingkungan Polri disebabkan gaji rendah, dan beratnya tuntutan kerja. Menurut dia, ada hal perlu dibenahi dan dievaluasi kembali.
"Polisi gajinya rendah? Yakin? Gobl*k ah. Yang jelas calon polisi kudu dewasa dulu lah. Coba deh itu sistem rekruitmennya diganti. Calon anggota polri kudu S1 dulu, dengan nilai ipk yang dipatok tinggi. Biar ga ada lagi anak SMA t*lol yang ujug-ujug masuk lantaran bapaknya banyak duit buat suap masuk pendidikan. Semoga kedepannya polisi tidak t*lol lagi," harapnya.
"Stress akan kerjaan dan kehidupan pribadi... Semua juga gitu tapi bunuh diri bukan solusi," tulis akun wolfmother.
"Kurang iman tu sampai pada bunuh diri," duga akun majhulain.
Di Twitter, akun @DapatDipastikan tampak apatis dengan fenomena-fenomena aneh belakangan ini, termasuk peristiwa polisi bunuh diri.
"Polisi tewas dibom, polisi bunuh diri, polisi bunuh keluarganya, polisi tembak polisi, kalo kata menteri jengkol naek harga nya mah : BODO AMAT," kicau akun @DapatDipastikan.
"Sering bggt (banget)... polisi bunuh diri," kata akun @Wyanto10
"saya baca berita bbrp hari ini. Polisi jadi korban bom, polisi jd korban begal, polisi bunuh diri. Ada apa dng polisi?" tanya akun @alitzabidi.
"Tadi dengar berita polisi bunuh diri diduga karna hutang menumpuk untuk pembangunan rumah," lapor akun @lima_bintang.
Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia Irjen Arief Sulistyanto mengakui ada celah dalam sistem rekrutmen yang membuat gangguan kejiwaan lambat terdeteksi. "Target kita mendapatkan calon yang berkualitas, tanggap sehat jasmani dan rohani. Kalau tidak sungguh-sungguh, banyak kejadian akibat kesalahan proses seleksi," kata Arief Selasa (21/2).[pm]