Tolak Kenaikan Tarif Listrik, Warga Yogya: Pemerintah Mencekik Rakyatnya Sendiri
Kebijakan pencabutan subsidi listrik 900 VA oleh pemerintahan Jokowi-JK menuai banjir protes dari masyarakat, terutama dari 19 juta pelanggan yang menjadi korban, namun pemerintah seakan menutup telinga dan mengabaikan suara jeritan jutaan masyarakat tersebut.
Diantara korban dari Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta megaku biasanya dia membayar tagihan listrik sebesar Rp 99.000 per bulan, namun setelah pencabutan subsidi secara bertubi-tubi sejak Januari silam, bayarannya membengkak menjadi Rp 200.000 per bulan.
“Saya sebagai konsumen jujur menyesali kebijakan pemerintahan Jokowi-JK atas kenaikan tarif listrik 900 VA ini. Dahulu per bulan hanya Rp 99.000, sekarang nail dua kali lipat menjadi Rp 200.000-an,” ujar Fatkur Rohman kepada Aktual.com, Minggu (28/5).
Lebih lanjut warga Dukuh Mutihan, Kelurahan Wirokreten itu merasa pemerintah tidak pekah terhadap kondisi perekonomian rakyat yang tengah dalam tekanan. Dengan kondisi itu, kenaikan tarif listrik menjadi tambahan pukulan bagi rakyat.
Lonjakan tarif listrik menyebabkan kebutuhan hidup masyarakat menjadi bertambah mahal, sedangkan pendapatan masyarakat tak sebanding dengan pengeluaran biaya kebutuhan pokok.
“Kondisi perekonomian masyarakat bertambah tertekan. Kalau pepatah katakan; besarlah pasak daripada tiang. Kebijakan pemerintah yang sontoloyo namanya,” imbuhnya.
Kemudian dengan tegas dia menolak kenaikan tarif listrik periode ke empat pada bulan Juli nanti. Sebagaimana yang telah diputuskan pemerintah bahwa kenaikan tarif listrik terbagi menjadi 4 periode, setelah itu akan diberlakukan mekanisme adjustment.
“Naik listrik tidak mikir rakyatnya. Katanya pro rakyat kenapa justru mencekik rakyat?,” sesalnya. [akt]