Ditipu Calon Wali Kota, Holan Sudah Transfer Rp30 Juta,Namun Gagal Jadi Honorer
[tajuk-indonesia.com] - Holan Lumban Tobing (31) harus menelan pil pahit lantaran impiannya menjadi honorer di Pemko Sibolga pupus.
Tak hanya itu, uang yang diberikannya sebagai ‘pelicin’ pun tak kembali. Dia mengaku, uang tersebut diberikannya kepada salah satu mantan Calon Wali Kota Sibolga berinisial MEP.
Kepada New Tapanuli (grup pojoksumut), Kamis (18/5/2017), warga Jalan IL Nommensen, Kelurahan Angin Nauli, Kota Sibolga ini mengatakan bahwa sebelumnya ia bekerja sebagai supir pribadi MEP.
“Pada tahun 2014 dia mengatakan pada saya bahwa dia bisa menjadikan saya honorer untuk nantinya jadi PNS. Saat itu saya masih bekerja sebagai supir pribadinya. Dan, akhirnya karena tawaran tersebut, saya tergiur, ditambah saat itu saya melihat rekan-rekan saya sudah banyak urus berkas untuk diberikan pada dia (MEP),” kata Holan.
Namun, karena masih ada kekhawatiran, dia bertanya pada MEP bahwa dirinya hanya tamat SMA. Namun saat itu MEP mengatakan bahwa itu bisa diurus. Dan, di tahun itu juga, MEP berangkat ke Jakarta. Dari sana, MEP menelepon Holan bahwa jika mau lulus harus ada uang. MEP pun meminta agar uang itu segera dikirim, minimal panjar.
“Karena telepon tersebut, saya cari uang itu dan saya dapat pinjaman sebanyak Rp20 juta. Selang seminggu kemudian, MEP kembali meminta agar ditambah lagi Rp10 juta dan saya kembali mencari. Akhirnya dapat dan saya transfer melaui ATM sebanyak 2 kali transfer, masing-masing Rp5 juta, sehingga total Rp30 juta yang sudah saya berikan, dari kesepakatan Rp70 juta. Sisanya Rp40 juta akan dilunasi setelah SK honorer keluar,” jelasnya.
Lanjut dia, saat itu MEP berjanji bahwa bulan Juni 2014 SK honor itu akan keluar. Tapi ternyata SK itu tidak ada. Kemudian dia kembali bertanya dan MEP mengatakan bahwa SK itu akan keluar bulan September 2014. Namun ditunggu-tunggu, juga tak ada. Bahkan tidak ada kejelasan sampai tahun berikutnya. MEP berjanji lagi bahwa SK tersebut akan keluar Maret atau April 2015, namun ditunggu-tunggu tak juga ada kejelasan.
“Dan, akhirnya saya berhenti bekerja sebagai supir pribadinya bulan Juni 2015. Dan, setelah saya keluar, berkali-kali saya hubungi, tetap saja tidak ada. Akhirnya, sekitar bulan Desember 2015 menjelang pilkada, saya mengatakan kepada MEP bahwa saya tidak lagi ikut jadi honorer tersebut dan meminta agar uang saya dikembalikan,” jelas Holan.
Namun, beberapa lama Holan meminta uangnya kembali, tetap saja belum ada. Dan, seminggu menjelang pilkada, dirinya mengirimkan SMS kepada MEP karena dia tak pernah mengangkat panggilan Holan. Tapi MEP tetap tidak membalas.
Akhirnya, tanggal 9 November 2015, MEP mengirim SMS padanya yang berisi: “bulan desember ma olan asa boi konsentrasi tu si, nunga hu ajuhon asa dipaulak hepeng i, malelenghu nga maila au sai dihujat halak, sabar majo, sae jo akka ulaoni.”
“Namun sampai saat ini juga tidak ada realisasinya. Bahkan, kalau ditanya, MEP pun tidak merespon lagi,” ujarnya.
Akhirnya, pada Kamis (18/5) pagi, Holan mendapat info bahwa MEP berada di salah satu sekolah di Sibolga. Holan kemudian menunggu MEP di depan sekolah. Ketika MEP hendak menyeberang menuju mobil, Holan mencegat di pintu masuk sekolah dean menyapa MEP.
“Bohado hepengki ibu (bagaimananya uangku, Bu),” ujar Holan mengulangi perkataannya kepada MEP itu.
“Olo, hutelepon pe ho (Iya, kutelepon pun kau),” jawab MEP kepada Holan.Dan Holan mempertegas kepastian kapan uangnya dikembalikan.“Bulan depan ma (bulan depan lah),” ujar MEP saat itu dan langsung pergi ke arah mobnya.
Saat MEP berjalan menuju mobilnya, Holan terus mengikutinya sambil meminta kepastian kapan uangnya dikembalikan.
Namun, sebelum menjawab pertanyaannya, MEP melihat ada wartawan yang memotret percakapan mereka dan dia langsung merampas hp milik wartawan tersebut dan langsung masuk ke mobil tanpa menjawab pertanyaan wartawan dan Holan serta membawa hp milik wartawan tersebut.
Dan, saat masuk ke mobil, MEP langsung menutup pintu mobilnya, namun Holan membuka kembali pintu mobil tersebut sambil meminta uangnya dikembalikan dengan nada keras.
Namun MEP mendorong Holan dari pintu mobilnya serta menutup pintu dan langsung pergi. Selanjutnya, Sahiludin Lumban Gaol, wartawan yang hp-nya dirampas dan Holan melapor ke Polres Sibolga.
Namun, laporan belum resmi diterima karena masih harus melengkapi berkas laporan.[pm]