BIN Rayakan Ultah ke-71, Kampung Melayu Diguncang Bom Bunuh Diri
[tajuk-indonesia.com] - Badan Intelijen Negara (BIN) memperingati hari jadi ke-71 pada hari Rabu (24/5/2017).
Kepala BIN, Budi Gunawan berjanji akan terus ditingkatkan untuk menghadapi dinamika situasi global dan regional, seperti ancaman terorisme, radikalisme, fundamentalisme, proxy war dan cyber war.
“BIN berkomitmen untuk terus melakukan pembenahan dan penguatan baik dari sisi kelembagaan organisasi, kemampuan SDM maupun modernisasi peralatan teknologi intelijen,” papar Budi Gunawan dalam keterangan tertulisnya.
Namun, tepat dihari ulang tahunya, BIN mendapat kado yang sangat tidak diharapkan, yakni adanya Bom bunuh diri di Kampung melayu yang menawaskan Dua orang di antaranya tewas, termasuk seorang anggota Polri.
Sementara sembilan orang lainya harus dilarikan ke rumah sakit karena luka parah.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, korban dalam kejadian itu terdiri dari seorang yang diduga pelaku, lima orang anggota Polri, dan lima warga sipil.
Dua orang tewas dalam insiden tersebut, seorang di antaranya diduga pelaku bom bunuh diri dan seorang lainnya anggota polisi bernama Brigadir Dua (Bripda) Taufan.
Sejumlah kemungkinan bisa saja menjadi faktor bom bunuh diri yang baru saja terjadi di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu malam (24/5).
Bom yang meledak sekitar pukul 21.00 WIB itu bisa karena situasi politik di dalam negeri belakangan ini.
“Momen dewasa ini, yang terjadi di dalam negeri bisa dipakai sebagai momen atau dijadikan alasan (bom),” ujar Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala.
Situasi yang dimaksud, kemungkinan sisa ketegangan dari Pilkada DKI Jakarta. Diketahui, Pilkada Ibu Kota kali ini cukup memunculkan situasi yang begitu panas. Bahkan, sampai saat ini ketika KPU sudah memastikan siapa pemenangnya.
Apalagi, sejumlah pengamat mengatakan bahwa Pilkada DKI Jakarta kemarin, rasanya sama seperti pemilihan presiden. “Mungkin sisa-sisa saat pilkada,” sebut Adrianus.
Tak hanya itu, situasi negara saat ini juga diusik dengan isu kebhinekaan. Munculnya isu makar, tuduhan pemerintah tidak suka terhadap gerakan Islam, juga bisa menjadi embrio tindakan pengeboman.
“Demikian pula soal konflik horizontal. Itu juga dipakai sebagai dasar,” tuturnya.
Terakhir, kemungkinan yang melandasi dan berkaitan dengan situasi politik di Indonesia saat ini, yakni ada dugaan ketidaksenangan terhadap tokoh. Baik tokoh agama maupun masyarakat.
“Atau ketidaksenangan terhadap beberapa tokoh. Itu mugkin juga semacam alasan,” pungkas Adrianus.[mb]