Drama Gubernur-Gubernuran Jangan Terjadi di Pilkada DKI
[tajuk-indonesia.com] - Situasi Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017 yang mirip dengan Pemilihan Presiden 2014 berpotensi memunculkan drama "gubernur-gubernuran."
Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti menjelaskan, hal itu bisa muncul lantaran adanya perbedaan hasil dari sejumlah lembaga survei, sehingga sangat mungkin ada pasangan calon yang akan bersikap seolah sudah pasti menang.
"Ini (gubernur-gubernuran) sangat mungkin terjadi, karena lembaga survei masing-masing memiliki hasil berbeda sehingga memunculkan respon berbeda juga. Belum lagi ketika hasil quick count nanti munculnya berbeda," kata dia di Jakarta, Minggu (16/4).
Dalam pemilihan Presiden 2014, kubu Prabowo Subianto-Hatta Radjasa sempat melakukan syukuran dan berkegiatan yang seolah sudah terpilih meski belum ada keputusan resmi. Orang-orang menyebut hal itu sebagai drama "presiden-presidenan."
Peristiwa ini dipicu oleh sejumlah perbedaan hasil quick count, antara yang memenangkan pasangan Prabowo-Hatta dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Gejala serupa kembali nampak saat ini, padahal waktu pencoblosan masih beberapa hari lagi. Program visi-misi pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sudah dijalankan dengan kondisi seolah mereka sebagai pemenang dalam pemilihan gubernur Jakarta.
"Sepertinya ini bagian dari strategi menguatkan dukungan dan meningkatkan kepercayaan diri di akhir masa kampanye," ujar Ray.
Kejadian seperti ini, menurut Ray, erat hubungannya dengan psikologi internal tim Anies-Sandi. Ada upaya untuk membangkitkan semangat yang mulai kendur, karena sejumlah hasil survei akhir-akhir ini menggambarkan kecenderungan tren naik di lawan.
Ray memperkirakan, drama-drama tersebut masih sangat mungkin berlanjut, terutama nanti ketika menyikapi hasil quick count. "Tapi sebaiknya memang tak perlu ada drama seperti itu, tunggu saja hasil resminya. Kalah dengan lapang dada itu jauh lebih bijaksana dan dewasa," kata dia.[pm]